Uritanet – Yogyakarta, 15 Juni 2025 Di tengah deru roda kereta dan kepadatan jadwal perjalanan, ada langkah-langkah tenang namun bermakna yang dilakukan jajaran manajemen PT KAI Daop 6 Yogyakarta: menyusuri rel, menyapa petugas jaga, dan mendengarkan cerita dari lapangan. Ini bukan kunjungan seremonial, melainkan Safety Walkthrough—sebuah cara sederhana tapi berdampak besar untuk memastikan keselamatan perjalanan kereta api.
Kegiatan Manajemen Safety Walkthrough (MSWT) ini menjadi ruang di mana jajaran manajemen dan petugas lapangan bertemu tanpa sekat. Tak hanya bicara soal rel atau sinyal, MSWT menyentuh sisi paling mendasar dari keselamatan: rasa memiliki dan kepedulian bersama.
“Kami hadir bukan sekadar untuk mengecek kondisi teknis, tapi untuk benar-benar hadir bagi para petugas yang selama ini berada di garis depan,” kata Feni Novida Saragih, Manager Humas KAI Daop 6 Yogyakarta. “Karena keselamatan tidak hanya tentang alat, tapi juga tentang manusia yang menjalankannya.”
Mengubah Inspeksi Menjadi Dialog
Di setiap titik yang disambangi, mulai dari jalur rel hingga pos penjaga perlintasan (PJL), para manajer turun langsung—bahkan dari unit non-teknis sekalipun. Mereka meninjau kelayakan fasilitas, dari palang pintu hingga pencahayaan di malam hari. Namun yang lebih penting, mereka membuka dialog.
Ada ruang untuk mendengar langsung curahan hati petugas: tentang tantangan yang mereka hadapi, saran perbaikan, hingga kebutuhan psikologis mereka dalam menjaga konsentrasi saat bertugas. Ini adalah pendekatan yang jarang dilakukan di sektor transportasi yang sangat teknis.
“Kami tidak ingin para PJL hanya dianggap sebagai ‘penjaga pintu’. Mereka adalah titik krusial dalam mata rantai keselamatan kereta. Maka, dukungan moral dan empati sama pentingnya dengan inspeksi alat,” ujar Feni.
Kehadiran yang Menguatkan
MSWT dilakukan secara berkala, apalagi di periode padat seperti musim libur atau musim hujan. Dari kegiatan ini lahir rasa percaya diri baru di kalangan petugas. Mereka merasa dilibatkan, dihargai, dan tidak dibiarkan bekerja dalam senyap.
Feni menekankan, budaya keselamatan tidak bisa hanya hidup dalam SOP. Ia harus dibangun dalam suasana kerja yang saling percaya dan saling menguatkan. “Safety bukan cuma prosedur, tapi semangat kolektif,” tegasnya.
Dari Prosedur ke Budaya
Melalui pendekatan yang lebih humanis ini, KAI Daop 6 ingin mengubah cara pandang terhadap keselamatan: dari sekadar tanggung jawab teknis menjadi nilai bersama. Karena menjaga ribuan kilometer rel bukan tugas satu divisi saja, melainkan komitmen seluruh insan KAI.
“Keselamatan bukan hanya slogan. Ia harus jadi napas di setiap langkah kerja,” tutup Feni.
**Benksu