Uritanet – Jakarta, 8 Mei 2025 Sosok Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo tak asing di kalangan umat Katolik dan masyarakat Indonesia. Lahir di Sedayu, Yogyakarta, pada 9 Juli 1950, Kardinal Suharyo menjadi figur penting dalam kehidupan rohani dan sosial bangsa. Ia menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta sejak 2010 dan diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada 5 Oktober 2019 — menjadikannya kardinal ketiga dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia.
Perjalanan pelayanannya dimulai sejak ditahbiskan sebagai imam pada 1976. Setelah menempuh pendidikan teologi dan filsafat di Seminari Tinggi Kentungan, Yogyakarta, ia melanjutkan studi ke Universitas Urbaniana di Roma dan meraih gelar doktor teologi biblis. Ia sempat menjabat rektor di Seminari Tinggi Kentungan, sebelum akhirnya diangkat menjadi Uskup Agung Semarang pada 1997 dan ditahbiskan pada 22 Agustus tahun yang sama.
Moto episkopalnya “Serviens Domino cum omni humilitate” “Melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati” menjadi benang merah dalam seluruh karya pelayanannya. Moto ini diambil dari Kisah Para Rasul 20:19 dan menjadi cerminan hidupnya yang penuh dedikasi.
Sebagai Uskup Agung Jakarta dan tokoh senior dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Kardinal Suharyo dikenal aktif membangun dialog antaragama, memperjuangkan hak asasi manusia, dan menyuarakan pentingnya kehadiran Gereja di tengah kehidupan berbangsa. Di berbagai kesempatan, ia menegaskan bahwa menjadi Katolik yang baik berarti juga menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
“Kita harus menjadi terang dan garam bagi masyarakat. Pancasila adalah rahmat, dan kita dipanggil untuk menjaganya,” ungkapnya dalam salah satu homili nasional.
Kardinal Suharyo juga menyoroti pentingnya peran Gereja dalam membangun peradaban kasih. Baginya, iman bukan sekadar ritual, melainkan panggilan untuk peduli, melayani, dan merawat kemanusiaan.
Dalam pandangan Paus Fransiskus, pengangkatan Kardinal Suharyo juga merupakan pengakuan terhadap dinamika Gereja di Asia, khususnya Indonesia — negara dengan umat Katolik minoritas namun berkembang pesat.
Pribadinya dikenal sederhana, tenang, dan bijaksana. Ia sering hadir tanpa kemewahan, namun kata-katanya selalu menyentuh nurani. Tak hanya menjadi gembala rohani, Kardinal Suharyo juga menjadi penjaga nilai-nilai kebangsaan — sosok yang merangkul semua kalangan dengan kasih dan kerendahan hati.
**Benksu