Uritanet, – Kepuasaan seksual seorang wanita di atas ranjang akan bisa terlihat dari tingkah laku keseharian dan rona wajah yang terpancar. Yang tidak puas biasanya akan terlihat hampir selalu bermuka masam dan berwajah sangar. Seperti Karen yang kurang belaian dan kasih sayang saat sedang berada di puncak masa libido, sehingga melampiaskan kekesalan kepada orang-orang yang ada di sekitar.
Tentu saja argument yang saya tuliskan bukan sesuatu yang tidak mendasar karena sangat jelas kalau saya sudah pernah belajar. Baik secara akademisi atau pengalaman saat mengamati kehidupan orang-orang yang terlihat kurang sabar. Untuk menuliskan hal ini kembali saya harus membaca beberapa journal artikel penelitian serta laporan di majalah trend wanita terkemuka tentang perilaku perempuan yang sangat ditentukan oleh sentuhan-sentuhan pasangan yang bisa membuat dada berdebar-debar. Dan semuanya dalam bahasa Inggris dengan bahasa ilmiah tinggi yang dijamin akan membuat kepala puyeng berputar-putar.
Penelitian tentang perilaku kehidupan seksual secara ilmiah baru dimulai sejak era Alfred Kinsey sekitar awal tahun 40an. Dia menerbitkan dua buku yang mendobrak tradisi tabu yang menjelaskan secara detail antara tingkah perilaku seksual dari pihak lelaki dan perempuan. Tentu saja penelitian yang berdasarkan hasil wawancara dengan sekitar 19 ribu orang partisipan ini kemudian menjadi kontroversi dan topik pembicaraan di sepanjang jaman. Walaupun beberapa telah disanggah seperti perilaku homoseksual yang kini dihubungkan dengan genetik dan selain itu yang menarik adalah karena Kinsey merupakan seorang dokter hewan.
Sedangkan jauh-jauh hari sebelumnya Sigmund Freud juga sudah menerangkan kalau perilaku seseorang memang ada keterkaitan dengan kehidupan seksual. Teori psychoanalisis yang mumet mengkategorikan seseorang yang terpaku pada masa tingkat perkembangan yang tidak selesai apakah dalam bentuk oral, anal atau genital. Tidak usah dibahas terlalu dalam, saat berbicara dengan seorang teman yang bergelar dokter psikiatri saja sudah membuat kepala saya pusing dan mual. Berbagai teori dia kemukakan untuk memperjelas persoalan yang malah membuat saya semakin melongo karena campur aduk antara rasa bosan dan analisa yang tidak masuk di akal.
Anyway, secara garis besar kertas-kertas kerja ilmiah yang saya baca memang mengatakan kalau ada korelasi antara perilaku wanita dengan masalah kepuasaan dalam berhubungan. Karena penelitian dilakukan di Amerika sehingga konteks dalam berhubungan badan tidak selalu harus wajib mempunyai husband. Wanita-wanita lajang yang mandiri atau single parent masih bisa mempunyai kehidupan yang menyenangkan jika hanya untuk satu atau dua celupan apalagi sekarang banyak applikasi dating di smartphone yang bertebaran. Atau dengan sex toys yang sangat mudah untuk didapatkan dengan berbagai model dan variasi.
Umumnya hanya sedikit saja dari wanita yang menuntut kepuasaan hingga tingkat orgasme yang memang kadang agak susah untuk dicapai. Biasanya sudah cukup senang dengan perhatian lebih yang diberikan oleh suami misalnya memijat-mijat betis kaki dan membelai-belai saat foreplay. Apalagi jika sembari disertai dengan janji-janji manis seperti akan diberikan unlimited credit card yang bisa untuk dipakai. Walaupun kadang ada juga jenis wanita yang sangat susah untuk dipuaskan hingga lelaki yang sekelas Johnny Depp saja tidak sanggup untuk memberikan, malah sekarang mereka saling bertikai.
Sedang penelitian di negara-negara Islam seperti Turkey, Iran dan Pakistan lebih memusatkan pada kehidupan pasangan suami istri yang resmi. Tidak jelas apakah karena mitos rata-rata ukuran onderdil pasangan yang lebih sehingga terdapat frekuensi yang tinggi mengenai kebahagiaan yang diakui oleh para istri.
Tabik.
)**B. Uster Kadrisson