Uritanet, – Sejak awal kick off, tuan rumah Piala Dunia Qatar melarangan kampanye tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), termasuk penggunaan simbol LGBT yakni ban bercorak pelangi OneLove. Terkait hal tersebut, Senator Indonesia, Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. mendukung sikap Qatar yang tetap menjaga kedaulatan hukum di negaranya.
Hilmy menilai bahwa setiap orang yang datang ke suatu negara, sudah semestinya menghormati hukum di negara tersebut. Terlebih peserta piala dunia adalah delegasi resmi dari setiap negara yang hadir. Sikap Qatar sangat tegas dan harus didukung. Tidak ada kehormatan bagi suatu negara kecuali mempertahankan kedaulatannya, termasuk dalam wilayah hukum. Itu tidak boleh diintervensi.
“Kalau hukum di sana melarang LGBT, siapa pun yang datang sebagai tamu harus mau menghormatinya. Terlebih sebagai delegasi resmi negara, peserta piala dunia semestinya menghormati hukum yang berlaku di Qatar,” kata Gus Hilmy (24/11).
Dan bahwa sikap menyerang Qatar dengan mengatakan intoleran perlu disayangkan. Menurutnya, intoleran diterapkan pada konteks ideologi, bukan pada hukum suatu negara. Hukum itu kan pedoman, yang melanggar akan dihukum. Berbeda dengan ideologi atau pemikiran, yang bisa saja setiap orang berbeda-beda, meskipun masih dalam satu wilayah hukum. Tidak mau menerima atau menghormati pendapat orang lain bisa disebut intoleran.
“Namun ketika ideologi itu telah dijadikan hukum, semua orang dalam satu wilayah hukum atau negara itu harus patuh, termasuk pendatang atau tamu. Justru yang tidak menghormati hukum suatu negara itulah yang intoleran,” jelas pria yang juga anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI.
Gus Hilmy pun mencontohkan seperti halnya kasus WNA yang dihukum karena terlibat dalam pengedaran ganja di Indonesia. Di negara asal WNA tersebut, ganja memang sudah dilegalkan, tetapi ketika masuk ke Indonesia, maka ia berhadapan dengan hukum kita.
Oleh karenanya, terkait kesiapan penyelenggaraan Piala Dunia, Katib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut menilai tidak ada masalah. Semua kebutuhan dan fasilitas telah disiapkan dengan baik. Kita semua sudah melihat, ya. Kita tidak meragukan kesiapan Qatar dalam penyelenggaraan sepak bola internasional itu. Berbagai fasilitas telah disiapkan untuk menjamu dan memfasilitasi peserta turnamen maupun supporternya.
“Tetapi kalau maksudnya adalah kembali pada Kampanye LGBT, saya kira itu bagian dari sikap sebuah bangsa yang merasa superioritas dan merasa paling beradab, dengan keinginan melegalkan LGBT. Sementara yang menolak dianggap tidak beradab. Persis seperti sikap penjajah,” jelas Gus Hilmy.
)***tjoek