Jakarta (Uritanet) :
Di tengah pesatnya pertumbuhan industri konten digital, KFT Indonesia mengambil langkah progresif melalui Asrama Sinema 2025, program intensif yang digelar 1–7 Juli 2025 di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta Selatan.
Program ini secara resmi dibuka Selasa (1/7/2025) oleh Direktur Film, Musik, dan Seni Kementerian Kebudayaan, Syaifullah, SE., M.Ec., Ph.D. Dalam sambutannya, Syaifullah menegaskan pentingnya sinema sebagai ruang ekspresi inklusif bagi keberagaman Indonesia.
“Lewat film, anak muda tidak hanya berkisah, tetapi juga menyuarakan keresahan, harapan, dan aspirasi sosial-budaya mereka,” tegasnya.
Asrama Sinema 2025 menghadirkan pelatihan intensif tujuh hari bagi 30 peserta terpilih—pelajar SMA/SMK dan mahasiswa dari berbagai penjuru Nusantara.
Mereka akan tinggal bersama, belajar, dan menciptakan film pendek yang otentik dengan tema relevan pada isu yang mereka alami sehari-hari.
Ketua Pelaksana Asrama Sinema, Naswan Iskandar, menekankan program ini bukan semata belajar teknis produksi film, melainkan juga mengasah gagasan personal dan narasi otentik peserta.
“Kami menciptakan ruang aman dan kreatif agar peserta leluasa mengeksplorasi identitas serta keresahan mereka menjadi karya visual yang jujur,” ujarnya.
Hadir dalam pembukaan antara lain Ketua Umum KFT Indonesia Indriyanto Kurniawan, Dewan Pertimbangan Organisasi Maruli Ara, H. Teuku Rusian, Wakil Rektor III IKJ Ika Purnama, M.Hum., dan Dekan Fakultas Film dan Televisi IKJ Dr. Rina Yanti Harahap, M.Sm., CFP.
Sebagai simbol keberagaman, tanda peserta diserahkan kepada dua peserta dari provinsi berbeda, Darren Limrich dan Aira Kanza Fauzia, menegaskan bahwa Asrama Sinema merangkul keberagaman Indonesia.
Selama pelatihan, peserta dibimbing sineas profesional: sutradara, penulis skenario, sinematografer, hingga editor film. Mereka akan berproses secara kolaboratif mulai dari ide, penulisan naskah, produksi, hingga pascaproduksi.
Menariknya, hasil karya peserta akan diputar dalam Pemutaran Karya Asrama Sinema 2025, terbuka untuk publik dan media. Film-film tersebut juga akan dikirim ke festival film pelajar, baik nasional maupun internasional—sebuah kesempatan emas bagi para talenta muda.
Dari lebih dari 100 pendaftar, 30 peserta terbaik terpilih melalui seleksi ketat. Mereka datang dari berbagai pelosok Nusantara, menghadirkan keberagaman budaya yang memperkaya dinamika Asrama Sinema.
Program ini bukan hanya pelatihan, melainkan juga jembatan antarbudaya yang mengokohkan masa depan sinema Indonesia.
“Kami ingin menegaskan bahwa film bukan hanya milik industri besar, tetapi milik siapa saja yang punya cerita dan keberanian untuk menyuarakannya,” pungkas Indriyanto Kurniawan.
Terima kasih kepada Kementerian Kebudayaan, IKJ, BPI, BSM, dan TOP Kopi atas dukungan penuh untuk suksesnya kegiatan ini.
)**Tjoek