Uritanet – Bekasi, 14 Juni 2025 Di tengah deru kereta yang melintas cepat di antara padatnya aktivitas perkotaan, ada misi senyap namun bermakna besar yang terus dijalankan: menjaga keselamatan rel dari bahaya yang kerap datang dari kelalaian.
Hari ini, Sabtu (14/6), PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 1 Jakarta kembali menggandeng komunitas pecinta kereta api untuk menyuarakan kampanye keselamatan. Bertempat di perlintasan sebidang JPL 81 Km 27+264, jalur Bekasi – Bekasi Timur, kegiatan edukatif ini bukan hanya milik institusi—tapi digerakkan oleh semangat kolektif.
Komunitas Railfans Sadulur Spoor, salah satu kelompok yang hadir, tak hanya datang untuk mendokumentasikan perjalanan kereta seperti biasa. Mereka ambil bagian aktif, berdiri bersama petugas menyuarakan pentingnya disiplin berlalu lintas dan menghormati rel sebagai ruang vital transportasi massal.
“Kami para railfans bukan hanya penggemar, tapi juga penjaga moral keselamatan di jalur rel. Ini bukan soal hobi semata, tapi soal tanggung jawab sosial,” ujar salah satu anggota komunitas, Agus Firmansyah, sambil membentangkan banner keselamatan.
Sementara itu, Ixfan Hendriwintoko, Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta, menyampaikan bahwa kampanye semacam ini menjadi cara efektif untuk menjangkau masyarakat secara langsung, terutama di wilayah padat seperti Bekasi.
“Keselamatan bukan hanya tanggung jawab kami sebagai operator, tetapi juga masyarakat yang beraktivitas di sekitar jalur. Dengan hadirnya komunitas, pesan ini menjadi lebih dekat, lebih menyentuh,” jelas Ixfan.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan mencakup safety briefing, edukasi langsung kepada anak-anak yang bermain di sekitar rel, hingga pembagian selebaran berisi imbauan hukum yang berlaku. Semua dilakukan dengan pendekatan persuasif, bukan menggurui.
Sepanjang 2025, KAI Daop 1 Jakarta telah menutup 26 perlintasan liar dan melakukan 19 sesi sosialisasi, baik di titik-titik rawan maupun di sekolah-sekolah. Langkah ini membuktikan bahwa keselamatan bukan proyek tahunan, melainkan komitmen jangka panjang yang terus dihidupkan lewat kolaborasi.
“Peraturan sudah jelas, sanksi juga ada. Tapi tanpa kesadaran bersama, semuanya bisa jadi sia-sia. Kami ingin membangun kultur, bukan sekadar kepatuhan,” tutup Ixfan.
Melalui kegiatan seperti ini, terlihat bahwa upaya menciptakan perjalanan kereta api yang aman tidak hanya dijalankan oleh lembaga formal, tetapi juga oleh mereka yang mencintai kereta dari hati. Sebuah kerja gotong royong yang menjadikan rel bukan hanya lintasan besi, tapi jalur kehidupan yang harus dijaga bersama.
**Benksu