Ekonomi Indonesia Tetap Tangguh: Perdagangan Surplus, Inflasi Terkendali, dan Wisata Bangkit

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini (bps streaming)

Uritanet – Jakarta, 2 Juni 2025 — Meski dunia masih dibayangi ketidakpastian global, ekonomi Indonesia justru menunjukkan daya tahan yang luar biasa. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejumlah capaian penting yang menggambarkan ketangguhan ekonomi nasional, mulai dari neraca perdagangan yang tetap surplus, inflasi yang terkendali, hingga sektor pariwisata yang terus menggeliat.

Perdagangan Tetap Surplus, Industri Pengolahan Jadi Penopang

Neraca perdagangan Indonesia selama Januari hingga April 2025 kembali menunjukkan kinerja positif, dengan surplus mencapai US$11,07 miliar, meningkat hampir US$1 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka ini menjadi penegas bahwa sektor ekspor Indonesia masih mampu bersaing meski tekanan eksternal terus berlangsung.

“Kinerja ini terutama didorong oleh ekspor industri pengolahan yang naik signifikan,” jelas Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, dalam konferensi pers di Jakarta.

Industri pengolahan menyumbang US$68,84 miliar dari total ekspor, tumbuh 16,08 persen. Komoditas seperti besi dan baja, serta CPO dan produk turunannya menjadi motor utama. Namun tak semua sektor ikut melesat. Ekspor batubara justru melorot nyaris 20 persen, menandakan adanya pergeseran fokus dalam struktur ekspor Indonesia.

Baca Juga :  KAI Daop 1 Jakarta Tertibkan PKL di Pintu Masuk Mobil Stasiun Pasar Senen

Tiongkok, AS, dan India Masih Jadi Mitra Strategis

Di sisi negara tujuan, Tiongkok masih menjadi pasar ekspor terbesar dengan nilai US$18,87 miliar, disusul Amerika Serikat dan India. Menariknya, meski ekspor ke Tiongkok tinggi, negara tersebut juga menjadi penyumbang defisit perdagangan terbesar, yakni US$6,9 miliar—menggambarkan ketergantungan tinggi pada barang impor asal Negeri Tirai Bambu.

Inflasi Mereda, Harga Pangan Turun

Sinyal positif juga datang dari sisi harga. Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,37 persen pada Mei 2025. Penurunan harga paling mencolok terjadi di kelompok makanan dan minuman, terutama komoditas seperti cabai merah, bawang merah, dan ikan segar.

“Deflasi kali ini didorong oleh harga bergejolak yang cenderung turun,” ungkap Pudji. Meski demikian, secara tahunan, Indonesia masih mencatat inflasi yang sehat sebesar 1,60 persen.

Pariwisata Nasional Menggeliat, Idulfitri Dorong Wisata Domestik

Pemulihan sektor pariwisata semakin nyata. Selama April 2025, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 1,16 juta orang, naik lebih dari 9 persen dibandingkan April 2024. Wisatawan asal Malaysia, Australia, dan Tiongkok mendominasi kunjungan.

Baca Juga :  Dihadapan Presiden Jokowi, Kapolri Ungkap Wujudkan Indonesia Emas 2045

Di sisi lain, perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) melonjak tajam. Sepanjang April 2025 tercatat 128,59 juta perjalanan, dengan lonjakan signifikan selama masa Idulfitri 1446 H. Pada 1 April saja, 11,67 juta perjalanan tercatat dalam satu hari—rekor baru yang menunjukkan tingginya mobilitas domestik.

Produksi Beras Meningkat, Petani Lebih Sejahtera

Kabar baik juga datang dari sektor pangan. Meskipun produksi padi pada April turun sedikit akibat penyusutan luas panen, secara akumulatif Januari–April 2025, produksi beras mencapai 14,01 juta ton, naik lebih dari 26 persen dibandingkan tahun lalu.

Lebih lanjut, Nilai Tukar Petani (NTP) nasional juga naik tipis menjadi 121,15, menandakan daya beli petani membaik. Harga beras di tingkat konsumen juga stabil, dengan kenaikan moderat di tingkat eceran dan grosir.

**Benksu

Bagikan ke orang lain :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *