13Th Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia Wisuda 87 Hafidzul Qur’an Berangkatkan ke Turki

Share Article :

Uritanet, Jakarta –

Menyambut 13 Tahun Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia berhasil mewisuda 87 Hafidzul Qur’an dan memberangkatkannya ke Turki untuk melanjutkan pendidikan agamanya disana.

“Hari ini adalah wisuda yang ke 13, jadi sudah 13 tahun kita Alhamdulillah bisa memberangkatkan anak-anak ke Turki. Sekarang di Turki sudah ada kurang lebih 2.000 anak kita yang belajar disana, ” ujar Ustadz Hilmi selaku Ketua Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia, didampingi Abi Alkan Ketua Pesantren Sulaimaniyah se – Indonesia, saat di temui (24/6).

Anak-anak ini tidak ada satu pun yang tertinggal, jadi pas waktu masuk mereka itu dipilih dengan sangat baik, dididik dengan sangat teliti, sangat dalam, akhirnya mereka tidak ada yang ragu untuk berangkat, kadang-kadang ada masalah keluarga, masalah penyakit dan lain sebagainya, tapi cuma 1-2 persen saja.

Tahun ini, insyaallah hampir 700 orang akan berangkat ke Turki dan kebetulan di DKI Jakarta kita akan memberangkatkan 160 anak. Mereka yang diberangkatkan ke Turki berasal dari DKI Jakarta dan Banten. Mereka sudah lulusan SMA, mereka sudah hafidz Quran. Mereka di Turki untuk melanjutkan pendidikan disana di Madrasah Haya Santa Hafiz Sulaimaniyah. Dan mereka akan ditempatkan di salah satu cabang yang ada disana. Kemudian belajar selama 3 tahun disana dan kembali ke sini sebagai pen-da’i yang akan memperluaskan agama Islam disini, papar Hilmi.

Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia selain ada di DKI dan Banten, juga ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, Sulawesi, Lombok, juga Bali. Sementara di seluruh dunia sudah ada lebih dari 140 negara. Dan di setiap negara sudah ada asrama-asrama kita, pesantren kita ada di Malaysia, Singapura, Taiwan, Jepang, Korea, Thailand, Filipina, Turki, Mesir, Sudan, Amerika Serikat, Canada dan lain-lain, papar Abi Alkan Ketua Pesantren Sulaimaniyah se – Indonesia. Bahkan, tahun kemarin ada di Ukraina, tapi karena ada konflik disana mereka terpaksa balik kesini.

Baca Juga :  Mabes TNI Bagikan Perlengkapan Operasi Hasil Desain Panglima TNI Jenderal Andika

Sedangkan untuk pengajarnya ada orang dari Turki, juga ada orang asing lainnya. Dan kebanyakan anak-anak Indonesia pergi kesana biasanya ustad-ustadnya juga berasal dari Indonesia. Jadi pas kembali ke Indonesia, mereka sudah menguasai 3 bahasa yakni Turki, Arab, dan Indonesia.

Jadi banyak yang mereka harus pelajari, ada tingkat tahfiznya disini. Tapi buku kuning yang ilmu-ilmu yang berkenaan dengan Al-Quran secara lebih dalam mereka bisa belajar disana. Mereka mempelajari mashab Syafi’i, mashab Hanafi, mashab Maliki, mashab Hanbali, semuanya dipelajari, ungkap ustadz Hilmi.

“Kami berharap anak didik pesantren ini bisa mewarnai dunia dengan Al-Quran, jadi anak-anak kita ini yang harus menjadi hafidz Quran, menjadi seorang penjaga Al-Quran. Itu yang pertama. Tugas yang kedua adalah menjadi pembantu Allah SWT, artinya sudah bisa menyebarluaskan agama di mana-mana. Dan yang ketiga, membantu kepada orang-orang untuk mencari jalan yang benar,” lanjut Hilmi.

Boleh dikatakan, Pesantren Sulaimaniyah setiap tahun keberminatan untuk masuk sangat banyak, sedangkan tempat dan staffnya sangat kekurangan. Tak heran bila dari 6.000 orang yang sudah buat pendaftaran atau permohonan, kita terima cuma misalnya 1.000 orang.

Baca Juga :  Pangdam III/ Siliwangi Menerima Audiensi Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat

Jadi 5.000 orang bukannya tidak bisa masuk, bukan pula mereka itu tidak layak. Mereka juga sangat bagus dari segi kecerdasan, kerajinan, tapi mereka itu tidak ada tempat untuk masuk. Oleh karenanya, kita ini sangat perlu untuk membuka lebih banyak lagi agar keberminatan orang-orang itu tidak menurun.

Terlebih orang Indonesia itu sangat suka dengan menjadi Hafidzul Quran ataupun mengarahkan anaknya menjadi Hafidzul Quran, ini sesuatu yang susah sekali ditemukan di negara-negara yang lain.

Ditengah- tengah kebanyakan orang mengarahkan anaknya untuk menjadi ilmuwan atau orang kaya raya dan lain sebagainya. Disini banyak keluarga sangat-sangat mau anaknya menjadi Hafidzul Quran.

“Jadi kita mengambil tugas untuk memberikan lebih banyak kesempatan kepada orang-orang, jadi saya rasa kalau dengan kecepatan begini mungkin beberapa tahun lagi insya Allah ada jauh lebih banyak tempat seperti ini,” ungkap Hilmi.

5 tahun yang lalu semua anak yang berangkat dari Indonesia ke Turki itu tidak melebihi 200 orang, sekarang cuma satu daerah, satu provinsi aja sudah 200 orang. Jadi artinya makin hari makin banyak orang, makin bertambah. Jadi kita harus bersiap-siap untuk beberapa tahun ke depan agar bisa memberikan kesempatan kepada orang-orang yang berminat belajar, pungkasnya.

)***Tjoek/fotoprey

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *