Dijelaskan, sebanyak 28 subjek dalam uji klinis fase I secara acak dimasukkan ke dalam sembilan kelompok berdasarkan dosis antigen dan Granulocyte-Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF).
Dalam uji klinis fase II,145 subjek dikelompokkan secara acak menjadi tiga kelompok berdasarkan dosis antigen. Selama periode tindak lanjut 1 tahun, sebanyak 35,71 persen subjek pada fase I dan 16,54 persen pada fase II memiliki AE non-COVID.
“Tidak ada subjek pada fase I yang mengalami COVID-19 sedang hingga berat. Sementara itu,4,31 persen subjek pada fase II mengalami COVID-19 sedang hingga berat. Tidak ada perbedaan AE COVID dan non-COVID-19 antar kelompok,” jelasnya.
Share Article :