LaNyalla ‘Menggali Pemikiran Bung Karno’ Di Ende

Uritanet, – Saat melewati masa pengasingan di Ende, 1934-1938, Bung Karno didampingi istri, anak dan mertuanya kemudian menghabiskan waktunya belajar kembali tentang Islam dan bergaul dengan para misionaris SVD di Biara Santo Yosef Kathedral Ende seperti Pater Geradus Huijtink, SVD dan Pater Dr. Johannes Bouma, SVD.

Bung Karno rutin mengunjungi Biara Santo Yosef Kathedral Ende dan banyak menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dan berdiskusi dengan para pastor Belanda dan membaca beragam buku di serambi biara.

Untuk mengenang dan menghormati jejak sejarah perjuangan dan persahabatan Bung Karno dengan para tokoh misionaris SVD, maka Serambi Biara Santo Yosef dijadikan Monumen Serambi Bung Karno yang diresmikan provinsial SVD Pater Lukas Jua, bertepatan dengan 85 tahun lalu Bung Karno menginjakan kaki untuk pertama kalinya di Ende-Flores (14 Januari 1934 – 14 Januari 2019) lalu. Kini 88 tahun berlalu (tahun 2022, red).

Seperti diketahui, Presiden Soekarno diasingkan di Ende pada tahun 1934-1938. Ia kerap mengisi waktu di Taman Perenungan. Tepatnya, di bawah pohon sukun bercabang lima. Dari sinilah ilham kelima butir Pancasila muncul.

Setelah Indonesia merdeka, Soekarno meminta agar rumah tersebut dijadikan museum. Ia sendiri yang meresmikan tempat itu pada 16 Mei 1954. Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende menyimpan banyak sekali makna.

“Serambi Bung Karno memiliki nilai yang luar biasa. Bukti jika keberagaman adalah kekuatan kita, khususnya Ende. Terima kasih pak LaNyalla atas kunjungannya. Terima kasih juga atas sumbangan buku-buku tentang DPD di bawah kepemimpinan pak LaNyalla. Di sini ada foto-foto Presiden dari masa ke masa di tanah air. Tentu saja pak LaNyalla layak fotonya ada di sini juga,” ucap Pater Yoseph Saerang, SVD.

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende adalah adalah bagian dari sejarah ditemukannya mutiara bangsa, yakni falsafah sekaligus way of life bangsa ini, yaitu Pancasila.

Baca Juga :  Porsi Ideal DPDRI Memperjuangkan Kepentingan Daerah

“Saya rasa kita beruntung karena masih memiliki peninggalan yang merupakan bagian dari sejarah perjalanan bangsa, seperti Rumah Pengasingan Bung Karno. Oleh karena itu, kelestarian tempat-tempat seperti harus terus dijaga. Kita harus renungi perjuangan beliau, pengorbanan beliau dan kegiatan-kegiatan beliau selama di Ende. Bahkan ada tempat ibadah khusus untuk beliau di rumah ini. Tanda bahwa beliau selalu dekat dengan Allah,” katanya.

Di sinilah suasana kebatinan seorang Bung Karno sebagai Bapak Bangsa bergejolak. Dan di tempat inilah digali lima sila yang kita kenal dengan Pancasila, yang kemudian menjadi pedoman bangsa yang wajib pertahankan, terangnya. Tidak itu saja, dari sudut lain, sebagai destinasi wisata, tempat ini bisa membantu menghidupi ekonomi daerah juga masyarakat.

Senator asal NTT, Angelius Wake Kako, mengatakan napak tilas ke Rumah Pengasingan Bung Karno menjadi momentum untuk menemukan nilai spiritual yang pernah ditemukan Bung Karno di Ende selama 4 tahun. Khususnya dalam merenungkan Pancasila sebagai falsafah bangsa dan landasan negara.

Kehadiran Ketua DPD RI juga memberikan komitmen kepada kita untuk yakin bahwa apa yang telah terjadi di Ende pada 1934-1938, harus menjadi sebuah sejarah yang tidak boleh terlupakan dalam konteks berbangsa dan negara.

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengatakan Pancasila membuktikan sebagai wadah yang utuh yang mampu menampung semua keberagaman Indonesia. Salah satunya tercermin dalam sebuah rumah yang diberi nama Serambi Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Baca Juga :  “114 Tahun Kebangkitan Nasional, Bangkit Indonesia” Dari Belenggu Polarisasi Politik Identitas

Kekayaan yang dimiliki Indonesia bukan hanya berupa sumber daya alam yang melimpah. Tetapi keberagaman agama, suku, juga bahasa termasuk di dalamnya. Semua keberagaman ini dijadikan satu naungan oleh Bung Karno melalui Pancasila.

“Inilah kekuatan yang membuat masyarakat Indonesia bisa hidup berdampingan meski berbeda-beda agama, suku, dan bahasa,” kata LaNyalla saat mengunjungi Serambi Bung Karno yang terletak menyatu dengan Biara di Ende (29/5).

Ende mempunyai peran penting dalam menghadirkan Pancasila sebagai dasar kita bernegara. Karena Pancasila digali di Ende oleh Bung Karno.

“Salah satu inspirasi Bung Karno dalam menggali Pancasila adalah di rumah ini. Bangunan yang menjadi satu dengan Biara Santo Yosef Kathedral Ende, yang sekarang kita kenal sebagai Serambi Bung Karno. Ini bukti kemajemukan yang mampu ditampung oleh Pancasila,” jelasnya.

Juru bicara Serambi Bung Karno, Pater Yoseph Serang, SVD, mengaku sangat senang dengan kunjungan yang dilakukan LaNyalla sebagai Ketua DPD RI. Kata Pater, semangat keberagaman yang diperlihatkan Bung Karno juga diperlihatkan oleh LaNyalla.

Dalam kunjungan kerjanya di NTT, LaNyalla hadir bersama Anggota DPD RI asal NTT Hilda Manefa, Asyera Wundalero, Angelius Wake Kako, Senator Sulsel Andi Muh Ihsan, dan Senator asal Maluku Utara Matheus Stefi Pasimanjeku.

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta agar pemerintah dan pihak-pihak terkait bisa menjaga kelestarian Rumah Pengasingan Bung Karno yang berada di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Ketua DPD RI akan berada selama 4 hari di Ende. Salah satu agenda acaranya adalah mengikuti apel peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni bersama Presiden Joko Widodo di Kota Ende.

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *