Ketua Komite III DPD RI, Sylviana Murni, Senator DKI Jakarta : Jakarta Sudah Siap Menghadapi Gelombang Ketiga Pandemi Covid 19

Uritanet- Februari 2020 lalu, menjadi awal mula Covid 19 masuk ke Indonesia hingga meluas dan mewabah. Kepanikan pun semakin mencuat dan melebar di segala lini sendi kehidupan seperti tak pandang bulu, mulai dari lapisan masyarakat kecil hingga ke pegawai pemerintahan terkena dampaknya. Namun baru saja semuanya telah berhasil kita hadapi, di awal Januari 2022 datang ‘gelombang ketiga’ pandemi Covid 19 mulai menerpa.

Apa yang harus kita lakukan? Dan bagaimana pula kita menghadapinya? Berikut pandangan Ketua Komite III DPD RI, Sylviana Murni yang juga selaku Senator DKI Jakarta melihat fenomena tersebut;

Seperti diketahui, kondisi ‘gelombang ketiga’ pandemi Covid 19 atau dikenal dengan Omicron, di DKI Jakarta memang mengalami peningkatan. Data Dinas  Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat, ada 3.027 orang di Jakarta yang terjangkit Omicron. Dan sebanyak 1.696 orang yang terjangkit Omicron adalah  pelaku perjalanan luar negeri. Sementara 1.331 lainnya adalah  kasus transmisi lokal yang tersebar di seluruh kawasan Ibu Kota.

DKI Jakarta memang menjadi ‘medan perang’ pertama melawan Corona varian  Omicron. Tak dapat dipungkiri memang DKI Jakarta menjadi pintu masuk  Omicron, sebab menjadi pintu utama perjalanan luar negeri. Pintu utama yang menjadi masuknya Omicron adalah bandara. Sehingga, menurut Sylvana Murni  sangat dibutuhkan penjagaan dan penegakan aturan yang ketat, terutama dalam melakukan karantina bagi warga yang melakukan perjalanan dari luar negeri.

 

 

Di sisi lain, pengalaman dari penanganan COVID-19, DKI Jakarta kini lebih memiliki kesiapan infrastruktur yang memadai. Hal itu juga bisa kembali difungsikan jika mengalami lonjakan seperti Omicron. Persiapan tersebut  dilakukan untuk meminimalisasi risiko  dampak kenaikan kasus Omicron. Lonjakan kasus Covid-19 sebelumnya, menjadi  pelajaran penting dalam menghadapi pandemi.

“Insyaallah kita tidak mendahului  tapi tidak akan masalah. Belajar dari kejadian luar biasa bulan Juni-Juli tahun lalu  kita belajar,” jelas Sylviana Murni.

 

Menurutnya, Jakarta sudah siap menghadapi gelombang ketiga pandemi covid 19. Persiapan ini dimulai dari fasilitas kesehatan, tenaga medis, penyediaan oksigen hingga persiapan dari pimpinan daerah. DKI sudah mempersiapkan tidak hanya sekarang, tapi tahun lalu juga ada potensi kemungkinan gelombang ketiga kami sudah melibatkan semua.

Disamping Indonesia saat ini dirasa sudah memiliki  tingkat imunitas yang cukup tinggi. Vaksinasi dosis satu telah mencapai 75,38%  dan vaksin dosis 2 mencapai 53,21%. Bahkan Indonesia berhasil masuk lima besar negara dengan tingkat vaksinasi Covid-19 terbanyak di dunia. Dan sebulan belakangan ini  vaksinasi booster pun sudah mulai dilakukan di Indonesia.

Berdasarkan catatannya, kesiapan infrastruktur, SDM, alat kesehatan dan obat-obatan selama 2 tahun bisa  menjadi amunisi dalam kemungkinan menghadapi ledakan Omicron di Jakarta. Kolaborasi antara warga dan seluruh elemen merupakan kunci sukses dalam  menghadapi Omicron, sama seperti ketika menghadapi Covid 19.

Baca Juga :  Usut Dugaan Korupsi Dana CSR BP Tangguh Teluk Bintuni

Dalam catatan Sylviana lainnya, Senator DKI Jakarta ini pun menyoroti terkait persoalan pendidikan di masa pandemi ini, baginya intitusi pemerintahan seperti Dinas Pendidikan telah melakukan kebijakan yang sebelumnya belum pernah di lakukan. Bahkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dikepalai Mas Nadiem Makarim terpaksa harus memutar otak untuk keberlangsungan proses pendidikan nasional.

 

 

Pandemi Covid-19 telah memaksa setiap orang beradaptasi dengan kebiasaan baru,  termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah. Ketidakmampuan  beradaptasi dan bertransformasi akan menambah persoalan dan memperlambat  upaya pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya dan  strategi pendidikan dalam transisi menuju era pasca pandemi.

Proses pendidikan, yang dahulunya memakai tehnik tatap muka langsung  sekarang dengan adanya keadaan darurat karena bencana non alam, Covid 19  membuat proses belajar mengajar dialihkan menjadi Daring (Dalam Jaringan).  Tentulah ini menjadi persoalan baru, dimana tata kebiasaan dan kebudayaan  yang selama ini dijalankan harus sedikit dialihkan menjadi berbasis Online atau virtual.

Pemberlakuan sekolah virtual mulai dari SD,SMP,  SMA hinga Perguruan Tinggi  pun terpaksa harus dan wajib menjalankan proses pendidikan dengan jalan  virtual. Pemberlakuan sekolah virtual ini, merupakan jalan terbaik untuk  keberlangsungan proses pendidikan. Sebab pendidikan ialah pilar-pilar  peradaban. Majunya negara bergantung pada majunya pendidikan.

Vaksinasi pun telah digulirkan terhadap lima juta pendidik dan tenaga pendidik  yang dimulai Februari hingga Juni 2021, pemerintah Indonesia melakukan Pembukaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada Juli 2021, saat pembukaan ajaran baru. Hingga saat ini PTM telah dilaksanakan 100%.

“Pandemi covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia  pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tidak  dapat menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan  pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi  juga tentang nilai, kerja sama dan kompetensi. Situasi pandemi ini memang  menjadi tantangan sendiri bagi kreativitas setiap individu dalam menggunakan  teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan,” papar Sylviana Murni.

Kita semua membutuhkan strategi dalam transisi menuju era pasca pandemi. Ada  tiga langkah yang dilakukan Direktorat Sekolah dalam beradaptasi dengan  pandemi Covid-19 untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Pertama; Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah di tengah pandemi, seperti relokasi anggaran, SKB 4 Menteri tentang Pembelajaran Tatap Muka,  koordinasi dengan pemerintah daerah dan sekolah.

Kedua; Transisi masa  pandemi, dimana pemerintah telah melakukan vaksinasi terhadap guru dan  tenaga kependidikan. Pemerintah juga melakukan penyiapan infrastruktur  termasuk digitalisasi dan telekomunikasi untuk pemenuhan pembelajaran di masa  pandemi.

Selain itu, melakukan survey pembelajaran tatap muka, persiapan  pembelajaran tatap muka terbatas, remedial, penyiapan digitalisasi sekolah,  penyiapan program Sekolah Penggerak dan melakukan upaya pembinaan UKS  untuk mendukung kebiasaan hidup di era new normal, dengan menerapkan  perilaku hidup bersih dan sehat.

Baca Juga :  AA LaNyalla Mattalitti : Mitigasi Hal Utama Penanggulangan Bencana Alam

Upaya Ketiga; Strategi di masa pasca  pandemi. Kami melakukan penguatan dan perluasan digitalisasi sekolah  termasuk di wilayah 3T. Memberikan optimalisasi PHBS, scale up pengimbasan sekolah penggerak serta penguatan Profil Pelajar Pancasila melalui berbagai  moda pembelajaran (daring, luring, dan project based learning).

Pandemi Covid 19, bagi Sylviana Murni, Senator DKI Jakarta juga menyisakan persoalan ketenagakerjaan yang harus kita hadapi. Oleh karenanya berdasarkan  implementasi dari rencana kerja yang telah disepakati diharapkan dapat  meningkatkan investasi dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.  Peluang peningkatan investasi tersebut mulai dari energi hijau, e-commerce, data center, hingga carbon trading.

“Peningkatan investasi untuk membuka lapangan  kerja akan menjadi modal bagi pemulihan ekonomi pasca pandemi. Indonesia dan  Singapura telah menandatangani 29 Perjanjian Kerja Sama (MoU) terkait peningkatan kapasitas tenaga kerja melalui pembahasan manajemen rantai  pasokan, keahlian ekonomi digital, teknologi finansial, inovasi sosial, analisa data,  pariwisata dan hospitality, kepemimpinan, kebudayaan dan obat-obatan,” jelas Sylviana.

Sementara pembahasan terkait agribisnis, kedua negara fokus untuk  mengembangkan kerja sama dalam sub-kelompok kerja pertanian, hasil laut dan  perjanjian sanitari dan fitosanitari (sanitary and phytosanitary) berdasarkan World  Trade Organization (WTO).  Investor Singapura nantinya akan mengembangkan sistem pertanian pintar  (smart farming system) untuk memproduksi buah-buahan, sayuran dan produk  lainnya yang sesuai dengan kebutuhan pasar Singapura.

“Dalam proyek ini, Indonesia akan menyediakan sumber daya lahan, tenaga kerja dan teknologi  sehingga proyek ini dapat segera terlaksana,” ungkapnya.

Disisi lain, ada kebijakan micro travel  bubble antara Singapura dengan kawasan di dalam pulau Bintan, seperti Lagoi.  Apabila pembentukan micro travel bubble ini dapat berjalan dengan baik, untuk  selanjutnya dapat ditingkatkan ke dalam area yang lebih besar.

Melalui micro travel bubble ini, wisatawan dapat saling berkunjung secara aman dan nyaman, dan bermanfaat sebagai upaya menumbuhkan kembali wisata dan ekonomi sekaligus mempertahankan kesempatan kerja. Dengan demikian, proses peninjauan peraturan ketenagakerjaan ini harus  melibatkan semua pihak yang berkepentingan agar peraturan yang ditinjau sesuai dengan kebutuhan dan memberikan keadilan bagi semua pihak yang berada di  ekosistem tenaga kerja tersebut.

Peningkatan produktivitas sektor informal dan UMKM juga jangan dilupakan, tegas Sylviana Murni, penurunan penyerapan tenaga kerja berpotensi  meningkatkan pekerja pada sektor informal dan Usaha Mikro, Kecil, dan  Menengah (UMKM). Oleh sebab itu, diperlukan upaya peningkatan produktivitas  sektor informal dan UMKM untuk meningkatkan tingkat upah mereka sehingga  kesejahteraan pekerja pada sektor ini pun dapat dijaga. Upaya-upaya seperti  perluasan akses permodalan dan pendampingan teknis menjadi dibutuhkan untuk  dapat mendorong produktivitas pekerja di sektor informal ini, pungkasnya.

)**Benksu/ Tjoek

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *