Uritanet– 4 September 2024 — Seiring dengan transisi ibu kota ke Nusantara, Jakarta tetap menjadi pusat perhatian dengan tantangan yang dihadapi dalam menjaga identitas budaya dan mengembangkan infrastruktur. Dalam pertemuan yang dilaksanakan di Setu Babakan, sejumlah pemimpin dan ahli berkomitmen untuk mempertahankan budaya Betawi sebagai pembeda yang memberikan orisinalitas pada kota ini.
Salah satu tokoh yang terlibat dalam diskusi ini adalah seorang mantan Kepala Dinas Pariwisata yang telah lama berpengalaman dalam mengelola kota Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, beliau membahas pentingnya membangun konsep “Gerbang Betawi” yang komprehensif, guna memastikan Jakarta tidak hanya dikenal sebagai kota global seperti Singapura, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan yang kaya dan unik.
Di tengah diskusi yang juga menyentuh aspek sosiologi dan infrastruktur kota, beliau menggarisbawahi bahwa tugas seorang pemimpin tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga harus visioner. Isu-isu seperti penanganan banjir di Jakarta Utara hingga pengelolaan hunian di rusun menjadi topik hangat yang dibahas.
Lebih lanjut, beliau menekankan bahwa konsep keadilan sosial harus diwujudkan dalam bentuk nyata, di mana seluruh lapisan masyarakat, baik dari kalangan menengah maupun bawah, difasilitasi dengan baik. “Negara harus hadir untuk semua, bukan hanya untuk yang mandiri,” ujarnya.
Pertemuan ini menjadi langkah awal yang penting dalam menyusun strategi untuk menjadikan Jakarta tetap relevan sebagai pusat peradaban, sambil mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang akan datang. Dengan fokus pada budaya Betawi dan pengembangan infrastruktur, Jakarta diharapkan tetap menjadi kota yang nyaman dan aman untuk ditinggali, meskipun dalam 20-30 tahun ke depan Nusantara akan menjadi ibu kota baru Indonesia.
Acara ini juga mencerminkan betapa pentingnya pemahaman yang mendalam tentang sejarah dan dinamika sosial-budaya Jakarta, sebagai bekal bagi siapa pun yang ingin memimpin kota ini ke arah yang lebih baik.
**Benksu