Dorong Usaha Budidaya Cabai di Batam

petani-cabai-di-batam

URITANET – Pada kunjungan reses anggota DPD/MPR-RI dari Daerah Pemilihan Kepulauan Riau (Kepri), serta untuk menyerap aspirasi masyarakat, Richard Pasaribu akan terus mendorong kegiatan budidaya cabai di pulau Setokok, Batam dengan skill dan pengetahuan praktik langsung petani di lapangan.

Kegiatan penyuluhan (untuk petani cabai) terus ditingkatkan sampai transfer berbagai skill dan pengetahuan budidaya yang baik dan benar, jelas Richard.

Cabai merah merupakan salah satu komoditas pertanian paling atraktif. Pada saat-saat tertentu, harganya bisa naik berlipat-lipat.

Pada momen lain bisa turun hingga tak berharga. Hal ini membuat budidaya cabai merah menjadi tantangan tersendiri bagi para petani.

 Baca juga : Budidaya Maggot Dan Perakitan Powerbank Dari Limbah Elektronik

Disamping fluktuasi harga, budidaya cabai cukup rentan dengan kondisi cuaca dan serangan hama. Untuk meminimalkan semua resiko tersebut, biaya untuk budidaya cabe bisa dikatakan cukup tinggi.

“Kesempatan panen perdana (25 Maret) ditingkatkan dengan ide teknologi. Kondisi Batam berupa dataran rendah, matahari bersinar penuh harus dibarengi dengan teknologi. Kita lihat bagaimana kondisi padang gurun di Israel, tapi sektor pertanian berkembang karena dengan teknologi. Sehingga Israel dan Tiongkok juga berhasil meningkatkan kegiatan pertanian sampai mengalihkan teknologinya kepada Afrika,” kata senator asal Kepri.

Baca Juga :  Menyayangkan Terkendalanya Pembangunan infrastruktur Sehingga Ketidakadilan Terjadi

Usaha budidaya cabai di Setokok yang di support program Bank Indonesia (BI) menghasilkan 10 – 12 ton cabe per hektar. Panen berlangsung akhir Maret yang lalu dan masih berlangsung.

Kapasitas produksi 400 – 450 kg/hari setiap panen. Bibitnya didapat dari Kecamatan Indrapura, Kota Kisaran di Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

“Saya sempat petik, dan besok (cabe) mekar lagi. Ketika saya petik, ada (cabe) yang hijau, dan besok sudah menjadi cabe merah. Setelah tiga bulan, Maret – Juni, produksi turun. Standar, cabe tumbuh selama delapan bulan. Tapi kalau konsisten perawatan, dengan asupan, panen bisa berlanjut lagi sampai bulan ke sembilan, bahkan bulan ke-13. Kapasitas cabe memang sudah tidak panjang lagi karena usia (tanaman) sudah tua,” kata penasehat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) DPD Kepri.

Baca Juga :  LaNyalla Mahmud Mattalitti Ajak Artis Berkontribusi untuk Perekonomian Daerah

Sektor pertanian di Kepri, khususnya Batam akan ikut membangun sistem ketahanan pangan nasional. Sebagaimana Presiden RI Joko ‘Jokowi’ Widodo sudah meresmikan tiga lokasi food estate, usaha pertanian di Kepri baru sebatas untuk pemenuhan kebutuhan lokal. Selain, konsep pemberdayaan petani secara berantai mengoneksi berbagai pulau di Kepri.

“Kalau dulu, kebijakan pemerintah termasuk sektor pertanian sangat global, dan tidak efektif. Pemerintahan pak Jokowi, kita lihat, BI juga membantu hibah tractor untuk petani di Setokok. Sebelumnya, BI membantu tapi melalui kantor dinas, dan tidak ada feedback. Sekarang, strategi BI, bantuan langsung kepada user, pelaku masyarakat. Pada tanggal 17 Mei mendatang, akan panen lagi. Cabe-cabe dari Setokok masih sebatas untuk memasok kebutuhan di Batam, Bintan,” kata alumni SMA Negeri 2 Jakarta Barat dan Universitas California, Berkeley USA.

Rep : jegegtantri

Sumber : Humas DPD RI

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *