Uritanet, Jakarta-
Mulyadi W, seorang pelukis senior yang namanya senantiasa bersinar dalam lukisan dan ilustrasi di beberapa majalah anak-anak sejak tahun 1970-an, telah menorehkan jejak panjang dalam dunia seni rupa Indonesia.
Lahir pada 22 Agustus 1938 di Pasuruan, Mulyadi mengawali karirnya dari bawah, menempuh masa studi di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dari tahun 1955 hingga 1960.
Sebagai anggota kelompok seniman di “Sanggar Bambu” Yogyakarta, Mulyadi menjelajahi Jawa dan Madura untuk mengembangkan karyanya. Pameran tunggal dan bersama dengan pelukis lain telah menjadi bagian dari perjalanan seninya, dimulai sejak tahun 1967 hingga Maret 2009, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara ASEAN, Bangladesh, Korea, dan Tokyo, Jepang.
Karya-karya Mulyadi memiliki ciri khas yang lembut dan penuh kemesraan, yang selalu memikat para pemerhati seni. Detail dan kehalusan ornamen di sekitar objek utama lukisannya menggambarkan ketelitian dan kecintaannya pada seni.
Di rumahnya di kampung Ragunan, suasana rukun dan damai terpancar, memberikan inspirasi alami bagi lukisannya. Penggambaran anak-anak dalam karya-karyanya, seperti “Anak-anak Bermain” (1995), serta kehangatan hubungan ibu dan anak, tercermin dalam “Melihat Adik Disusui” (2004) dan “Menggendong Anak”.
Mulyadi mampu menyampaikan kelembutan dan kemesraan melalui lukisannya dengan sangat khas, terutama dalam penggambaran wajah dan ekspresi para pelaku. Lukisannya tentang “Malam Pengantin” (2005) menghadirkan fantasi indah tentang keintiman sepasang pengantin baru, dengan sentuhan kelembutan yang tak terlupakan.
Proses melukis Mulyadi dimulai dari ide yang diwujudkan dalam sketsa, lalu ditransfer ke kanvas menggunakan cat aklirik.
Gaya melukisnya yang lembut dan penuh kemesraan selalu hadir, terutama dalam penggambaran wanita dan anak-anak. Pameran terbarunya di Rumah Sakit Ibu dan Anak, Jakarta Selatan, memperlihatkan keindahan dan kelembutan karya-karyanya.
Dengan ratusan lukisan, sketsa, dan ilustrasi di majalah-majalah masa lalu, serta beberapa patung, Mulyadi telah menorehkan warisan seni yang tak ternilai. Meskipun sebagian besar karyanya telah dibeli oleh para penggemar, dokumentasi pribadinya dalam bentuk foto dan digitalisasi tetap dijaga dengan baik.
Pernikahannya dengan Sudarusni pada tahun 1971 melengkapi kehidupannya dengan tiga putri dan satu putra, serta empat cucu dari keturunannya yang sudah menikah.
)**benksu