Sementara Fanny Jonathans Poyk, Novelis yang juga puteri dari penulis Gerson Poyk, lebih menyoroti pada kehidupan para seniman dan sastrawan Indonesia di era 70 – 80 an saat berada di Bali. Dimana ternyata para seniman tidak saja bergaul dan berbincang berkisar kesenimannya, namun juga terlibat perbincangan secara intens terhadap situasi dan kondisi keIndonesiaan itu sendiri.
Meski hanya sebagai pendengar yang baik serta pembuat kopi dan teh bagi mereka, Fanny Jonathans Poyk secara ‘day to day’ tetap kerap mengkritisi pemerintah dan juga teman seniman atau sastrawan lainnya.
Share Article :