Dalam hal ini, Jokowi bertindak seperti ‘Bapak’ yang mengayomi semua anak-anaknya, dan memberikan kesempatan bagi semua untuk berkompetisi secara adil, transparan, lantas membiarkan rakyat yang menentukan.
Antara Konsensus dan Antagonisme
Kosa kata dalam demokrasi sebetulnya hanya ada dua, yaitu konsensus dan antagonisme. Begitu konsensus tercapai, antagonisme berarti padam. Nah, tinggal konsensus apa yang nantinya akan dibangun Jokowi untuk kepentingan pribadi atau demi kepentingan politik kenegaraan.
Konsensus dan antagonisme sangatlah cair. Ada adagium dalam politik yang menyebutkan ‘tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan’. Merangkul semua kawan dalam barisan belum tentu positif. Apalagi yang berwatak ‘asal bapak senang’. Karena, tidak menutup kemungkinan akan muncul ‘musuh dalam selimut’.
Begitu juga bila harus menghabisi lawan secara mati-matian, belum tentu menjadi pilihan yang tepat. Karena, lawan yang sesungguhnya adalah para orang jujur yang akan mengoreksi setiap kekurangan.