Uritanet, Jakarta –
Saat ditemui disela sela Program “Bincang Bincang” Ini Talkshow Bukan Podcast …!!!”, bersama Aliansi Jurnalis Video Sie Hiburan, Indah Iskasari, Caleg PPP Dapil II Tangsel secara tegas mengatakan bahwa dirinya “Tidak Niat Berpolitik”. Namun bagaimana kemudian dirinya justru memutuskan untuk terjun langsung ke dunia politik praktis, maka simak perbincangannya ;
Bagaimana awal mula Anda terjun ke dunia politik?
Awal mula saya terjun di dunia politik itu sebenarnya tidak sengaja. Dalam arti kata saat itu memang berarti tidak ada niat bahasanya, tidak ada niat dalam politik. Karena yang saya pahami politik itu rumit. Rumit bikin pusing, bikin mumet. Jadi benar-benar tidak ada minat.
Tetapi setelah itu kebetulan PPP merekomen saya, saya pelajari profil PPP, sebuah partai yang saya katakan sangat bagus ya. Sebuah Partai Islam, berarti saya akan banyak ilmu nanti di sana.
Dan saya memutuskan terjun ke politik ya, dan kembali lagi, kita sebagai masyarakat umum, pastinya punya yang namanya beban. Yang intinya harus kita sampaikan. Apalagi saat itu, kalau berkaca diri, bahwa kita ini siapa dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Maka dari itu, mumpung ada kesempatan, saya ambil kesempatan ini. Insya Allah saya diberikan kepercayaan. Insya Allah Tuhan menentukan saya harus bertanggung jawab untuk diberikan amanah. Saya akan menjalankannya.
Beban-beban ini akan saya tumpahkan semuanya. Karena saya sebagai masyarakat umum, pasti bebannya sama seperti masyarakat lainnya, khususnya di Kota Tangsel.
Adakah tokoh yang turut mempengaruhi keputusan Anda untuk maju melalui PPP Tangsel ini?
Kebetulan waktu saya memilih kenapa harus pakai almamater warna hijau, berlambang Ka’bah ini, ada seorang Tokoh atau mentor yang saya lihat adalah Ir. H Achmad Fauzi St. Kebetulan dia juga Caleg DPR RI dari PPP. Beliaulah yang membuat saya termotivasi. Beliau yang memberikan saya ilmu, ilmu yang menurut saya cukup logis dan simple.
Ternyata politik itu tidak serumit apa yang saya lihat dari teman-teman. Politik itu ternyata happy loh. Jadi yuppp … mumpung ada kesempatan, kita punya beban, kita terjun. Jangan takut, karena politik itu happy. Kalau kamu buat happy. Kalau kamu buat mumet, ya mumet. Artinya itu memiliki motivasi.
Anda mengatakan Politik itu kan keras, Politik itu kan curang. Kata orang, Politik itu kan kejam. Bagaimana Anda menyikapinya hal tersebut?e
Sempat awal mau mulai, ada keraguan, saya masuk apa jangan ya? Apa saya coba yaa? Akhirnya memotivasi harus maju karena ingin menyuarakan hati dan kegelisahan ini, yang juga dirasakan masyarakat. Perlu diketahui, saya mengenal dunia politik itu dari 2010-2011.
Mungkin mereka juga melihat dari sisi saya punya potensi. Tapi di situ ya, hati kecil saya, enggak lah, politik itu kejam. Politik itu jahat. Politik itu bla bla bla. Tidak mau. Sampai 2022 kemarin, itu ada beberapa partai yang memang langsung meminta saya.
Bahkan pada saat tiba-tiba saya pakai almamater warna hijau. Saya sempat ditanya oleh teman-teman, kok jadi hijau? Bagi saya, saya bebas menentukan apa yang menurut saya terbaik untuk saya. Karena kalau tidak terbaik untuk saya, bagaimana saya memberikan terbaik untuk masyarakat saya? Gitu kan.
Sebelumnya saya beraktivitas di bidang pertemuan. Industri pertemuan, gedung pertemuan. Jadi pengusaha gedung pertemuan. Kebetulan saya juga di organisasi tersebut. Ternyata bukan hanya politik yang kejam. Bisnis pun juga kejam. Ya kan? Pedagang di pasar pun juga kejam. Dunia ini kalau tidak kejam, bukan hidup. Namanya kan gitu. Makanya kita harus berani.
Kalau lo berani, even di depan ada batu, lo kesandung, lo tidak menyalahkan siapapun. Termasuk Tuhan lo. Tetapi kalau lo nekat, lo baru kesandung kritik, lo akan menyalahkan seluruh orang. Termasuk Tuhan lo.
Jadi saya mencoba memberanikan diri. Berarti kan saya sudah punya bekal. Saya sudah minta bekal dari orang-orang yang memang menurut saya layak saya jadikan mentor. PPP membuat saya membuka pikiran saya, ya saya harus berani.
Karena saya punya beban sebagai masyarakat. Dan gue ingin bersuara. Beban ini juga sama seperti beban teman-teman kita, sahabat-sahabat kita lainnya. Bagaimana gue bisa bantu sahabat gue? Kalau gue tidak jadi apa-apa. Apa cuma sebagai tempat curhat doang. Tempat keluh kesah doang. Kan gak dong, kita harus ada tindakan. Di situlah, hadir Partai PPP.
Seseorang inilah yang memperkenalkan saya, memberikan saya satu motivasi, membuat saya membuka diri dan fikiran saya. Lalu saya bertemu dengan Ir. H Achmad Fauzi St.
Semua caleg harus happy. Kalau tidak happy, bagaimana nanti ke depannya? Jangan ada yang ribut-ribut. Karena kalau nanti insya Allah kamu jadi wakil rakyat, belum apa-apa sudah ribut, nanti gimana kamu menolong rakyat yang memang sedang keributan dengan bebannya?
Oke, dari situ aja ya. Saya harus berani, saya terjun. Akhirnya saya bismillah, semoga Partai PPP membuat saya diberikan kepercayaan oleh masyarakat. Saya duduk di sini, saya memakai almamater saya. Maka dari itu saya punya tanggung jawab. Saya membawa visi-visi terbaik dari partai untuk masyarakat.
Kabarnya, Anda concern di bidang pendidikan sama UMKM?
Sebenarnya saya concernnya di Pendidikan, UMKM, serta Kriminal. Tapi kita tetap fokus kepada dua poin ini dulu.
Kenapa pendidikan? Pertama, pendidikan itu sangat dibutuhkan. Sehebat apapun kamu tanpa pendidikan, itu menurut saya seperti kamu makan sayur asem tanpa asemnya.
Kemudian UMKM, kenapa saya ke UMKM? Pertama, saya dulu di dunia bisnis pertemuan, gedung pertemuan, yang di dalamnya itu banyak peran. Bukan hanya gedungnya saja. Ada pengusaha dekor, ada bunganya, ada catering, terus ada entertainmentnya.
Seperti untuk Cateringnya, itu kan merangkap nanti langsung sampai ke titik petani. Makanya saya ingin melihat, kayaknya Tangsel ini perlu dikembangkan untuk UMKM.
Lalu kita fokus tadi kepada pendidikan. Pendidikan saat ini sedang marak-maraknya sekolah negeri kita. Yaitu Ujung-ujungnya duit, ujung-ujungnya duit. Dari SD, SMP, SMA. Ujung-ujungnya duit. Padahal sudah jelas, sekolah negeri itu sudah dibantu oleh pemerintah. Tapi dibebankan ke orang tua.
Saya tidak mau pendidikan itu menjadi beban. Yang seharusnya menjadi cita-cita yang tinggi untuk anak-anak. Tapi dengan beban biaya, kasihan. Orang tua, sudah tidak bisa membiayai sekolah. Biaya banyak. Anak kita yang punya cita-cita kan tidak mungkin. Karena pendidikan kita saat ini, menurut saya, agak tercoreng. Jadi fokus saja ke pendidikan. Intinya pendidikan untuk kita.
Daripada kita merusak masa depan orang, lebih baik, istilahnya, kita arahkan, kita fokuskan anak-anak ini kepada kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. Guru tidak hanya bertugas mendidik, sudah pulang, sudah. Dia tetap tanggung jawab. Dan di rumah tanggung jawab orang tua.
Kita orang tua dengan guru, harus berpartner. Harus harmonis. Jadi apabila ada kejanggalan, kayaknya ini ada sesuatu. Itu guru harus cepat. Harus cepat, harus bagaimana. Ini murid kita semua.
Stop segala pembulian, apalagi di dunia pendidikan. Stop pembulian, pembulian itu membunuh mental. Membunuh karakter. Membunuh mental dan karakter itu jauh lebih kejam.
Ada pesan khusus gak sih untuk memberikan motivasi bagi masyarakat?
Semoga saya diberikan kesempatan, diberikan kepercayaan untuk masyarakat khususnya Pamulang, untuk Kota Tangsel, saya kebetulan untuk DPRD kota Tangsel. Saya diberikan kepercayaan, diberikan kesempatan.
Pesan untuk kesan masyarakat adalah seperti ini. Yang bekerja itu bukan hanya kami, wakil masyarakat, tapi masyarakat tuan rumah juga harus bekerja dengan kami. Jadi, kita sama-sama tidak saling menuntut, tapi kita sama-sama bekerja sama.
Itu pesan saya. Jadi, tuan rumah dengan wakilnya bekerja sama. Kita saling membangun keharmonisan, kerja bersama-sama, kerja tim. Jadi, tidak saling tuli, oh mana janjinya, bla bla bla. Sedangkan saya duduk di sini tidak ingin menggumbar janji.
Karena menurut saya janji itu adalah beban. Karena di PPP saya, kita dilarang untuk menggumbar janji. Tapi, lakukan secara nyata. Kerja secara nyata. Tujuanmu datang ke sini untuk masyarakat, kerjamu untuk masyarakat,
baktimu untuk masyarakat.
Dan masyarakat sebagai tuan rumah, bantu saya. Bantu kami. Kita bekerja sama-sama, itu tidak merugikan. Tidak membuang waktu. Itu jauh lebih hemat.
)***Junod/ Lolo/ Tjoek