Uritanet, – Botanis Indonesia, Randi Agusti, kembali menemukan ‘Katak Pelangi’ , tepat pada peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-77 yang lalu, setelah 129 Tahun sejak Pertama Kali ‘Katak Pelangi’ Teramati di Wilayah Indonesia pada tahun 1893 oleh seorang ahli botani asal Jerman, Johann Gottfried Hallier.
Hal tersebut tak terlepas dari kegiatan Scientific Exploration and Expedition Cagar Alam (CA) Gunung Nyiut 2022 yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat (Kalbar) bersama peneliti muda (botanis) yang menemukan kembali katak pelangi (Ansonia latidisca) ini.
Katak pelangi (Ansonia latidisca) atau Sambas Stream Toad, pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang ahli botani asal Jerman, Johann Gottfried Hallier, di bagian hulu Sungai Sambas, di puncak Gunung Damus – berada di sekitar Gunung Nyiut – yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Nah, semenjak itulah, katak kharismatik yang cantik dan berukuran mini ini tidak pernah ditemukan kembali di bagian wilayah Indonesia.
Katak pelangi mempunyai ciri fisik berkaki kurus dan panjang dengan tubuh bertotol-totol. Tubuhnya berukuran kecil. Panjangnya antara 30 – 50 mm. Kulit belakang berwarna hijau terang, ungu dan merah. Bintik-bintik berwarna pada kulit belakang tidak rata tetapi seperti batu kerikil atau mirip kutil.
Nama pelangi yang kemudian disematkan pada Sambas Stream Toad, karena, pada kulitnya mempunyai pola warna Hijau Terang, Ungu dan Merah. Dari ciri tersebutlah, kalau katak yang ditemukan di Gunung Nyiut, Kabupaten Landak, adalah katak pelangi.
Saat ditemukan, sepertinya ia sedang berkamuflase mengikuti warna helai daun tempatnya bertengger. Kamuflase sendiri merupakan cara satwa untuk mengelabui musuhnya. Katak pelangi ini memang aktif di malam hari di sekitar sungai yang berbatu-batu atau Stream.
)***yuriaghnia/BKSDAKalimantanBarat