Implementasi Persatuan Indonesia, lanjut Fahira juga nyata di Sumatera Barat. Semua pendatang diterima dan diperlakukan dengan baik apapun sukunya, agamanya atau rasnya. Disisi lain orang minang yang terkenal sebagai perantau selalu membaur karena berpegang pada prinsip “dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.
Soal musyawarah dan mufakat juga sudah menjadi praktik hidup masyarakat Sumbar sejak dulu yang terkenal dengan filosofi demokrasi “bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mupakaik” (bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat).
Share Article :