URITANET – Menelusuri buku ‘Bara Dalam Bait’ karya Jikun, seorang musisi, gitaris band /rif yang bernama asli Adji Pamungkas ini, rupanya diwarnai pula oleh kemahirannya dalam menggambar. Materi buku ini bersumber dari tulisan ringan tentang dirinya serta peristiwa di sekitarnya yang dicatatnya dalam gawai. Dan buku setebal 122 halaman ini, yang dirilis tahun 2021 menjadi kilas balik dalam perjalanannya.
Bara Dalam Bait banyak mengungkap sisi penuh makna, inspirasi dan semangat. Sedangkan baitnya menjadi mediumnya. Dari banyak hal Jikun mencoba mengenali dirinya sendiri. Dimana di keadaan apapun harus selalu ada percikan inspirasi dan semangat.
Jikun “/rif” adalah segelintir dari gitaris Indonesia yang menjadi gitaris rock yang mengikuti tradisi rock ‘n roll seperti yang seperti telah diwariskan turun temurun dari era Jimmy Page (Led Zeppelin), Slash (Guns ‘N Roses) hingga duo gitaris Ace Frehley/Paul Stanley (KISS).
Mereka tidak hanya memanjangkan rambut, memainkan gitar distorsi high gain dan solo gitar panjang, tapi melengkapi sosoknya dengan elemen seperti kostum garang/flamboyan terbuat dari bahan latex/kulit, boots kulit tinggi yang glamor, serta tak lupa dengan bumbu kisah efek botol-botol alkohol. Semua itu membuat sosok Jikun sulit disamai oleh gitaris rock lain di Indonesia hingga kini. Itulah imaji rockstar pada Jikun.
[irp posts=”748″ name=” TAK MUDIK TAHUN INI”, Gitaris D’Bagindas Malah Rilis Lagu”]
Sosok Jikun tentunya tidak bisa lepas dari gitar, musik rock, alkohol, totalitasnya dalam penampilan panggung dengan kostumnya, serta jatuh bangunnya dalam membangun salah satu band rock glamor tanah air terbesar di arus utama di era 2000an yang kini memasuki usia 27 tahun. Semua itu terbahas dengan menarik dan mengasyikan. Bahwa Jikun sang dewa gitar ini ternyata juga sempat mengalami jatuh bangun, melalui berbagai pertimbangan finansial ketika bermain musik yang membuatnya harus realistis dalam mengambil keputusan.
Buku ini begitu ringan dan mengalir. Seolah mencoba memgenal Jikun dari sisi yang lainnya, lewat beberapa bab yang terbagi dalam tiap dekadenya. Semua kisah menarik dalam hidupnya terceritakan dengan baik dan pas.
Dari soal gitar pertamanya, penemuan efek fuzz menggunakan walkie talkie, soal peralihan era 90an yang diwarnai era MTV, dengan kisah /rif yang mulai aktif manggung di cafe, dan kerusuhan Mei 98. Juga ketika menjadi pembuka KORN, juga saat /rif harus tunduk pada serangan pop melayu. Dan era kala label rekamannya mulai meragukan /rif, lalu kebangkitan rif dengan album baru, di era 2010an rekaman di Abbey Road, memutuskan bersolo karir, serta yang terkini tentang kebakaran, pernikahan dan hadirnya sang buah hati. Jikun sang gitaris seolah punya kesadaran untuk mendokumentasikan pengalaman dan ceritanya ke dalam buku.
Termasuk saat Jikun merelakan gitar elektrik Gibson SG nya dijual untuk persalinan anaknya, dan kemudian mendapatkan gantinya secara cuma-cuma. Disamping Jikun membuktikan bagaimana di balik rambutnya yang gondrong, tattoo full sleeve, dan wajah garangnya, tetaplah sosok ayah, sekaligus kepala keluarga yang tidak melupakan sang pemberi kehidupan. Dan dari mana asal muasal nama “Jikun”? Jawabannya ada di buku ini.
Buku yang diterbitkan Octopus Publishing pada awal Januari 2021 disuguhkan dengan tuturan bahasa yang ringan dan apa adanya, buku yang bisa dilahap tidak sampai satu jam. Jikun membagi babak “bara dalam bait” dalam empat periode. Dimulai pada 1983 hingga 1993, lalu 1993-2003, 2003-2013 hingga 2013-2020.
Mulai dari kehidupan masa kecilnya yang sempat diwarnai kegilaannya terhadap hobi komik, perkenalan awalnya pada instrumen gitar dan distorsi, pertemuannya dengan gitaris Michael Jackson, tangan patah, musibah kebakaran yang menghanguskan banyak Kenangan, lalu ke kegiatan band, pengalaman menjalani masa-masa keemasan di panggung rock Tanah Air bersama /rif hingga proyek solonya yang bernama Jikunsprain.
[irp posts=”716″ name=”Tono Supartono : Kita Miliki Magenta Orchestra, tapi tidak bisa menggunakan”]
Jikun pun lebih menyuguhkan coretan-coretan ilustrasi karya Yobi ‘Yobs’ Priambodo, teman Jikun di jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan, Bandung mengawal kisah-kisahnya. Buku yang bernuansa komik, jafi cinta pertama Jikun di ranah seni. Disamping ada beberapa lembar halaman yang diisi cerita bergambar dagelan punakawan “Petruk Gareng”, karya asli Jikun saat masih belia.
Bara Dalam Bait – sebuah semangat kisah seorang Jikun/rif. Dan musik selalu punya banyak keajaiban yang bisa membuat banyak hal terjadi di dunia ini. Sementara musisi adalah tukang sihir sang pengolah mantra untuk menghasilkan musik yang mempunyai kekuatan untuk kemudian dirasakan oleh pendengarnya. Bara Dalam Bait, mesin kehidupan yang memiliki irama mengalun pelan kadang menghentak mempengaruhi dan memberi semangat menginspirasi para pembaca.
Buku ini adalah manifestasi rasa, semangat meraih tujuan, tidak lebih dari itu. Seperti ucap Jikun, isi buku ini cuma secuil cerita saya dari awal ketertarikan pada musik, berlanjut sampai pengen bisa main gitar, dan seterusnya.
Sampai akhirnya buku ini ketinggalan. Hehehe. Di dalam buku ini juga nyelip komik Dagelan Petruk Gareng yang pernah saya buat waktu kecil dulu. Cuma mau bilang, ini buku saya ketinggalan.
[irp posts=”1319″ name=”Terjun Ke Industri Musik, Tisya Erni Luncurkan Single Dancedhut ‘Aku Beruntung'”]
Tapi kamu enggak usah repot-repot balikin, soalnya buku ini mungkin bisa kamu baca, lihat gambarnya, buat kamu corat-coret, nulis apa aja; nulis lagu, nulis partitur gitar, atau buat diary berdua sama pacarmu di halaman-halaman yang masih kosong. Atau malah mungkin buang aja buku ini ke tong sampah.
Ahhhhh … itulah cara Jikun menggoda kita untuk menolehnya dan membiarkan imajinasi kita mengembara kemana yang kita mau …
Penulis : Jegegtantri