Uritanet – Jakarta, Diluar Masih Hujan, sebuah film pendek karya sutradara Marcel, berhasil menggugah perasaan dan membuka perspektif baru tentang menghadapi duka. Terinspirasi dari pengalaman pribadi, Marcel menyajikan cerita tentang seorang ayah yang kehilangan istrinya, dengan ketakutan akan meninggalkan putrinya dalam kesendirian. Melalui narasi yang penuh perenungan, film ini membawa penonton mendalami arti cinta, kesepian, dan kedewasaan yang lahir dari rasa kehilangan.
Film ini mengisahkan seorang ayah yang, menyadari perbedaan usia dengan putrinya, mulai merenungkan kemungkinan bahwa dirinya akan pergi lebih dahulu, meninggalkan anaknya seorang diri. Mengambil latar rumah besar Wisma Soran, di Klaten, Diluar Masih Hujan berhasil menangkap momen-momen sunyi yang justru kuat dalam menyampaikan emosi, mengajarkan bahwa duka tak selalu tentang air mata. Justru, kesepian yang hening mampu menggambarkan perasaan kehilangan dengan lebih dalam dan nyata.
Marcel, sang sutradara, berbicara tentang tujuan dari film ini: “Duka sering kali diabaikan dan dianggap tabu untuk dibicarakan, padahal itu adalah bagian dari kehidupan yang membentuk kedewasaan kita,” ujarnya. Dalam karya ini, ia mengajak penonton untuk memahami bahwa duka bukan hanya sekadar kesedihan di makam, tetapi lebih pada proses menerima dan menjalani kehilangan sebagai bagian penting dari perjalanan hidup.
Proses produksi Diluar Masih Hujan memakan waktu sekitar dua bulan, dengan pengambilan gambar yang berlangsung selama dua hari. Meskipun pendek, film ini berhasil menyampaikan pesan mendalam melalui penggambaran suasana dan simbol-simbol sederhana, seperti boneka kecil yang menjadi pengingat kenangan antara ayah dan anaknya. Di setiap momen sunyi, film ini mengizinkan emosi tampil tanpa dialog yang berlebihan, sehingga penonton dapat menikmati suasana yang dibangun dengan perlahan dan intens.
Namun, Mira Lesmana, seorang kritikus film, memberikan catatan penting mengenai elemen audio. “Momen-momen sunyi dalam film ini sebenarnya cukup kuat, tetapi kecenderungan untuk menggunakan musik piano secara dominan justru mengurangi kesan alami yang sebenarnya sudah dihadirkan,” katanya. Ia juga menyarankan agar elemen hening digunakan lebih konsisten agar emosi yang muncul terasa lebih nyata.
Ke depan, Marcel tak berencana berhenti berkarya. Ia tengah mempersiapkan dua naskah drama lainnya yang dijadwalkan tayang tahun depan. “Saya akan terus menghasilkan karya-karya yang dapat memberikan makna lebih bagi penonton,” ungkapnya penuh semangat.
Dengan Diluar Masih Hujan, Marcel berhasil menyajikan kisah yang mengajak siapa pun yang menontonnya untuk berdamai dengan duka dan menerima luka sebagai bagian dari pendewasaan. Film “Di Luar Masih Hujan” tidak dapat terwujud tanpa kerja keras dari para kru dan pemain. Film ini bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga perjalanan batin dalam menemukan kedewasaan dan arti cinta yang mendalam.
**Benksu