Brebes, Uritanet –
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, menjadi barometer pembangunan serta perilaku, sehingga jika tiga provinsi itu angka stunting masih tinggi, maka indikator keberhasilan peningkatan kualitas dan pembangunan manusia di Indonesia masih rendah. Penurunan stunting ini dapat sesuai harapan dan tidak menjadi sekadar business of usual saja.
Kalau misalkan ternyata tidak bisa mencapai (target penurunan stunting) 14 persen, paling tidak mekanisme yang sudah dibuat oleh pemerintah benar-benar dijalankan dengan baik. Karena menjadi fokus pembangunan nasional, anggaran yang disiapkan pun nilainya cukup banyak.
Demikian terungkap saat Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitrabdi Jawa Tengah di MI Ta’allimul Huda Baros, Kecamatan Ketanggungan,
Kabupaten Brebes (29/9), yang menghadirkan Drs. Akhmad Ma’mun, M.Si, Kepala Dinas DP3AP2KB Kab. Brebes, dan Hj. Nur Nadlifah, S.Ag., MM, Anggota Komisi IX DPR RI.
Penanganan stunting ini menjadi hal yang penting dengan harapan terjadi penurunan yang signifikan terkait stunting di Indonesia. Pasalnya, penurunan stunting ini disebut-sebut masih jauh dari target yang ingin dicapai pemerintah. Implementasi penanganan stunting ini kenyataannya tidak berjalan baik di lapangan.
Bahkan Komisi IX bersama Pemerintah juga buat semacam Tim Percepatan Penurunan Stunting yang leading sector-nya adalah BKKBN serta beberapa Kementerian dan Lembaga.
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Nur Nadlifah mengatakan program percepatan penurunan stunting di Indonesia harus dilakukan secara konsisten dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat agar bisa menurunkan prevalensi stunting nasional sampai satu digit.
Permasalahan stunting perlu kerja sama semua pihak, mengingat penyelesaiannya tidak sederhana karena menyangkut pola pikir, pola asuh, dan kebiasaan masyarakat.
Seperti di Tegal, Brebes, teman teman Fatayat membuat Program Sahabat Asuh. Dimana para kader kesehatan mendampingi keluarga yang berpotensi stunting, baik kepada remaja sebelum menikah, yang sedang hamil, juga yang setelah melahirkan.
Kader juga mendampingi masa pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), sehingga masa eksklusif ASI selama 6 bulan bisa dilakukan ibu dengan benar dan mereka dipastikan mengkonsumsi makanan bergizi untuk ASI yang berkualitas. Disamping itu kalau kebetulan di keluarga ini ada kesulitan ekonomi, maka kader kita yang suplai makanan.
Di Kota Brebes, Gerakan Sadar Gizi atau Gersagi menjadi salah satu inovasi yang dilakukan Nur bersama masyarakat untuk mengentaskan stunting. Selain pemberian makanan yang benar berpengaruh terhadap pembentukan tumbuh kembang anak, sehingga masyarakat harus mulai membenahi pola pikir terhadap kesehatan dan nutrisi yang benar.
Jadi tinggal kesungguhan dari Pemerintah Kabupaten serta dukungan dari berbagai komponen masyarakat sangatlah penting.
Apalagi faktor stunting tidak hannya kemiskinan, akan tetapi banyak faktor penyebab lainya, seperti kurangnya orang tua dalam memberikan nutrisi pada anak.
Tim Pasyankes seperti Puskesmas berperan penting termasuk Posyandu yang merupakan ujung tombaknya, membekali ilmu pengetahuan terkait kesehatan salah satunya paham masalah stunting karena mereka secara lansung bersentuhan dengan masyarakat.
Rasa bangga disampaikan Drs. Akhmad Ma’mun, M.Si, Kepala Dinas DP3AP2KB Kab. Brebes atas terlaksananya kegiatan Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja (Komunitas informasi dan edukasi) dalam rangka bagaimana mewujudkan keluarga sejahtera yang salah satunya menurunkan angka stunting.
“Saat ini di Brebes angka stunting dan anak-anak kita yang kekurangan gizi angkanya cukup tinggi. Jadi kami berpesan agar rumah kita upayakan harus ada air bersih, sanitasi yang bersih, hindari 4-Ter (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu dekat dan jauh jarak kehamilannya), pungkas Drs. Akhmad Ma’mun, M.Si, Kepala Dinas DP3AP2KB Kab. Brebes.
)***Tjoek