Uritanet, Jakarta –
Lembaga pangan dunia, FAO mencatat bahwa Indonesia merupakan negara nomor dua di dunia, setelah Arab Saudi, yang menghasilkan sampah makanan. Atau rata rata, orang Indonesia bisa membuang sampah makanan 300 kg per tahun. Dan sebagian penduduk Indonesia tidak merasa bersalah telah membuang sisa makanannya di tempat sampah.
Jika Provinsi DKI saja sekurangnya menghasilkan 2.45 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Maka tak heran bila Pulau Jawa menjadi penyumbang sampah makanan terbesar di Indonesia dengan kisaran 21 Juta Ton sampah makanan setiap tahunnya.
Untunglah tidak semua orang beranggapan seperti itu. Lantaran menyadari bahwa makanan tidak pantas untuk di buang. Seperti sisa nasi yang bisa dijadikan Karak atau Nasi Aking, dan berpotensi bisnis sebagai bagian dari pakan ternak. Atau sisa buah dan makanan lainnya yang layak dimakan serta telah dipisahkan untuk bisa diolah kembali (sebelum tiga jam, red) sebagai makanan layak di makan. Telah mampu diolah untuk dimanfaatkan bagi mereka yang membutuhkannya. Melalui kerjasama dengan sebuah Yayasan.
Disisi lain daur ulang sampah makanan ini, sekelompok orang yang peduli bergerak menyelamatkan sampah makanan tersebut tersebut melalui Biokonversi Maggot BSF, yang diinisiasi sejumlah karyawan Mercure Convention Center Ancol Hotel, berkolaborasi dengan Suku Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Sudin LHK), Jakarta Utara.
Dengan ‘Biokonversi Maggot BSF’ yang dikelola Bambang selaku Assistant Housekeeping Manager Mercure Convention Center Ancol Hotel bersama kawan kawan, sampah basah berupa sayuran dan buah buahan yang tak dipakai, dimanfaatkan sebagai media pangan dari siklus 45 hari pengembangbiakan Maggot yang berasal dari lalat Black Soldier Butterfly (H.Illucens) dewasa. Seperti mulai dari Telur BSF, Larva Muda, Larva Sedang, Perpupal, Pupal atau Maggot, hingga menjadi Lalat BSF Dewasa lagi.
Dan Maggot yang sudah dipisahkan dari sampah yang telah terfermentasi ini, siap panen dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ayam atau ikan, disamping dapat dijadikan Minyak Maggot (setelah di oven atau dikeringkan, red).
Sementara sisa sampah yang terfermentasi (karena berbau agak asam, red) setelah diolah lagi, juga bisa dijadikan sebagai pupuk tanaman dan digunakan untuk memulihkan unsur hara pada tanah. Hal inilah, oleh Mercure Convention Center Ancol Hotel, kemudian dimanfaatkan sebagai media nursery di lingkungan hotel. Sehingga lingkungan hotel menjadi hijau dan sejuk.
Program Biokonversi Maggot BSF Mercure Convention Center Ancol Hotel, tentulah sejalan dengan Accor Group sebagai jaringan hotel yang concern dan berkonsep ramah lingkungan atau Green Hotels, serta sekaligus Zero Plastics ini, papar Rachmat Herry Kiswanto selaku Executive Assistant Manager (EAM) Mercure Convention Center Ancol Hotel, saat ditemui.
Mercure Convention Center Ancol Hotel yang berkolaborasi dengan Sudin LHK Jakarta Utara berharap langkah ini dapat menjadi contoh bagi tempat-tempat lain dalam mengelola sampah organik secara berkelanjutan dan ramah lingkungan, lanjut Rachmat Herry Kiswanto.
Semoga kolaborasi ini dapat memberikan dampak positif yang nyata bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Sekaligus diharapkan hadirnya Pusat Riset dan Pengembangan untuk memanfaatkan sampah makanan atau sampah organik yang dihasilkan oleh hotel dan restoran di sekitarnya, melalui pengembangbiakan larva Maggot yang dihasilkan dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat.
Maggot merupakan sumber protein yang kaya dan dapat digunakan sebagai pakan ternak, baik untuk unggas maupun ikan. Dengan memanfaatkan maggot sebagai pakan ternak, diharapkan dapat mengurangi penggunaan pakan konvensional yang cenderung mahal dan kurang ramah lingkungan.
Maggot juga dapat diolah menjadi pupuk organik yang kaya akan nutrisi. Pupuk organik ini dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan hasil pertanian secara alami tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya.
Selain Maggot juga memiliki potensi sebagai bahan baku untuk industri lain, seperti produksi biodiesel, kosmetik, dan lain sebagainya. Hal ini dapat membuka peluang baru dalam pemanfaatan limbah organik menjadi produk bernilai tambah.
Inilah solusi inovatif dalam mengelola sampah organik yang dihasilkan, khususnya di kawasan Ancol. Tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPS) Sampah, namun juga menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi masyarakat secara luas.
Mercure Convention Center Ancol Hotel, sebagai hotel ternama di kawasan wisata Ancol, Jakarta Utara, berharap dapat berkolaborasi dengan Sudin Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Jakarta Utara, serta jaringan hotel lainnya, dalam mengatasi masalah sampah makanan, pungkas Rachmat Herry Kiswanto Executive Assistant Manager (EAM) Mercure Convention Center Ancol Hotel, yang didampingi Francisca Maria selaku Rooms Division Manager dan Bagja S. Alam selaku Marketing Communication Executive.
)***Tjoek