URITANET – Demi Dukungan sapras CHSE dalam rangka peningkatan kapasitas pengelolaan dan penguatan destinasi di Desa Wisata Taro dan sekitarnya yang berada di Kabupaten Gianyar, Bali. Kemenparekraf menggelar bimbingan secara teknis untuk masyarakat disana.
Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Pengembangan Kemenparekraf/Baparekraf, Frans Teguh, dalam keterangannya, Jumat (4/6/2021), mengatakan acara ini bertujuan untuk mempersiapkan Desa Wisata Taro dan dan desa wisata sekitarnya untuk mendukung kesiapan area zona hijau di Bali agar bisa segera menyambut kembali kedatangan wisatawan mancanegara.
Ini adalah tindak lanjut kunker Menparekraf di bulan lalu dan tindak lanjut kick off DMO-DG Nusa Dua Sanur dan Ubud serta untuk mendukung percepatan kesiapan Green Zone Area Kab Gianyar khususnya di Ubud dan juga sebagai realisasi dukungan pemerintah terkait program Work From Bali (WFB).
“Program yang dimulai dari Bali diharapkan diikuti daerah lainnya dengan harapan program percontohan ini bisa memberikan keyakinan kepada wisatawan bahwa Bali aman, Indonesia aman dan sehat untuk dikunjungi,” kata Frans.
Frans mengungkapkan, Desa Wisata Taro yang sudah menyandang desa wisata berpredikat maju dapat menjadi contoh bagi desa wisata lain, terutama yang berada di sekitarnya untuk meningkatkan kapasitas dan menggali potensi-potensi wisata yang ada.
“Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi cara untuk bersinergi dan berkolaborAksi menciptakan inovasi-inovasi baru dalam mendukung dan mengembangkan desa wisata rintisan, berkembang, dan maju menjadi mandiri dan berkelanjutan,” katanya.
Selain itu, Direktur Pengembangan Destinasi II, Wawan Gunawan mengungkapkan acara ini juga dilaksanakan dengan tujuan membangun desa wisata yang menjadi salah satu acuan tren wisata pasca pandemi COVID-19. Di mana wisatawan lebih memilih wisata pedesaan dan wisata alam dibanding wisata massal.
“Pembangunan dan pendampingan desa wisata berkelanjutan harus direncanakan secara komprehensif dan holistik agar tujuan dari konsep pembangunan dan pengembangan desa wisata yang berkesinambungan dapat tercapai. Pengembangan potensi pariwisata desa juga dapat mempercepat kemajuan desa dari desa tertinggal menjadi berkembang yang pada akhirnya mampu menjadi desa mandiri,” ungkap Wawan.
Wawan menjelaskan, dalam acara yang dilaksanakan pada Jumat (4/6/2021) ini, pihaknya memaparkan ada tiga aspek pembangunan desa wisata yang harus diseimbangkan oleh para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di pedesaan, yaitu ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
Tujuannya adalah untuk peningkatan kualitas hidup, memperkuat nilai budaya masyarakat, dan memberikan nilai tambah perekonomian masyarakat.
Masa pandemi ini menjadi momentum dan kesempatan bagi kita untuk membenahi destinasi. Kebersihan, kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan keberlanjutan menjadi hal utama, sesuai dengan protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental sustainability), karenanya dalam kegiatan ini kami juga memberikan dukungan sarana CHSE antara lain berupa tempat cuci tangan, tempat sampah dan signage sapta pesona” ucap Wawan.
Acara ini menghadirkan narasumber diantaranya: Tenaga ahli Bidang Pemberdayaan Masyarakat Prov Bali, Kadek Suardika, perwakilan Kadispar Prov Bali, Kadispar Kab.Gianyar AA Gde Putrawan, Fasilitator DMO Ubud I Wayan Kastawan, Ketua Bumdes Kab.Gianyar, Mangku Nyoman Kandia.
Kegiatan diikuti oleh para perwakilan pelaku wisata dan ekonomi kreatif dari desa wisata Taro dan sekitarnya di antaranya Desa Wisata Kedisan, Desa Tegallalang, Desa Keliki, Desa Mas, dan Desa Buah Koja. Juga sejumlah stakeholder dan penta helix di Gianyar. Masyarakat Gianyar sangat berterima kasih atas dukungan dari Kemenparekraf yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Sumber : Kemenparekraf