Tayang Perdana Sculpting The Giant (Pembuatan GWK Karya Nyoman Nuarta) di Vancouver International Film Festival Oktober 2023

Uritanet, Bandung –

Sculpting The Giant, film dokumenter panjang perdana garapan rumah produksi Seeds Motion asal Bandung yang disutradarai dua sutradara muda, Banu Wirandoko dan Rheza Arden Wiguna membawa ke depan penonton Indonesia dan dunia perdana pada ajang Vancouver International Film Festival 2023.

Dalam hal ini, Seeds Motion bekerja sama dengan Global Film Solutions Indonesia, Phiwedari Indonesian Film Distribution dan Focused Equipment, dimana film dokumenter Sculpting The Giant bercerita tentang perjuangan seorang pematung asal Indonesia, Nyoman Nuarta dalam membuat salah satu patung terbesar di dunia; Garuda Wisnu Kencana.

Sculpting The Giant akan tayang perdana dalam rangkaian acara Vancouver International Film Festival yang diadakan dari tanggal 28 September hingga 8 Oktober 2023 dan menjadi satu-satunya film panjang perwakilan dari Indonesia yang tayang di ajang film internasional tersebut.

Film menyuguhkan sudut pandang yang belum pernah diungkap sebelumnya dari perjalanan pembuatan Garuda Wisnu Kencana yang memakan waktu hingga selama 28 tahun.

Dan Sculpting The Giant menjadi film dokumenter penuh dengan intrik keluarga, politik, dan bisnis; yang diceritakan dengan sinematografi indah oleh sinematografer dan editor Dini Aristya serta. scoring orisinil oleh penata musik Bintang Rajasawardhana.

Maulana Aziz selaku Produser Sculpting The Giant menyatakan, “Film pertama kami ini adalah produksi paling panjang yang pernah kami alami, 7 tahun termasuk melewati 2 tahun masa pandemi Covid-19.

Dan penayangan perdana di Vancouver International Film Festival menjadi titik cerah dan membuat jerih payah kami selama ini terbayarkan. Tentunya, yang paling kami inginkan adalah agar film ini segera tayang di Indonesia.

Baca Juga :  KONEKIN Sukses Gelar Pesta Inklusif 2023, Serukan Kolaborasi Pentahelix Menuju Indonesia Inklusif

Vancouver International Film Festival adalah ajang yang sudah berlangsung selama 41 edisi yang dimulai semenjak tahun 1982. Festival film ini merupakan salah satu ajang bergengsi di dunia dan pernah menjadi tempat film-film Indonesia mendapatkan prestasi internasional seperti, film “Eliana, Eliana” yang disutradarai oleh Riri Riza yang memenangkan Dragons and Tigers Special Mention pada tahun 2002, “Yuni” (2021), “Athirah” (2019), dan “Gie” (2005).

Di antara karya film dari Indonesia yang pernah terpilih, Sculpting The Giant menjadi salah satu pionir film dokumenter panjang Indonesia yang berhasil terpilih untuk tayang di Vancouver International Film Festival.

Sang sutradara Rheza Arden Wiguna mengungkapkan, “Sebenarnya agak kaget ketika mendengar Sculpting The Giant terpilih untuk tayang di Vancouver, apalagi ini film pertama kami jadi kami belum percaya diri kalau filmnya bisa nyangkut di festival besar kayak VIFF. Jadi kami happy go lucky aja.”

Sementara Banu Wirandoko Banu menambahkan, “Penayangan STG di Vancouver jadi berita menyenangkan sekali buat kru produksi yang telah mengerjakan film ini selama bertahun-tahun. Akhirnya Sculpting The Giant resmi dirilis dan tayang di festival film, rasanya khayalan kami dulu ketika dijemur terik matahari Bali dan bermimpi untuk dapat mencipta suatu karya yang dapat diakui dunia kini jadi kenyataan.”

Baca Juga :  Deklarasi Gabungan LSM dan Ormas DKI Jakarta Dukung Capres Cawapres 2024 Ganjar – Mahfud, BBG : Suara Rakyat Harus Diwujudkan

Pada akhir tahun 2019, Banu, Rheza, dan tim baru saja menyelesaikan proses editing awal ketika kemudian pandemi Covid-19 terjadi. Semua proses pasca-produksi berhenti dan Seeds Motion fokus mencari cara untuk bertahan selama pandemi berlangsung.

“Sempat terpikir untuk menyerah dan tidak melanjutkan proses pasca-produksi Sculpting The Giant, tapi setiap mau menyerah kami berpikir dua kali, karena sudah mencurahkan waktu dan tenaga dan juga jerih payah banyak pihak. Perlahan kami kumpulkan uang dan waktu guna menyelesaikan proses pasca-produksi. Terinspirasi dari perjuangan Nyoman Nuarta dalam menyelesaikan sebuah mahakarya, kami betul-betul merasakan bagaimana sulitnya menjaga semangat untuk menyelesaikan karya yang telah memakan waktu bertahun-tahun. Dan ini bahkan tidak ada ¼ waktu yang dilalui oleh Nyoman Nuarta dalam menyelesaikan patung Garuda Wisnu Kencana,” ujar Aziz.

Dengan film ini, kami ingin menunjukkan bahwa tidak semua hal baik harus dicapai dengan instan, malahan hal yang terbaik justru terkadang membutuhkan pengorbanan waktu yang sangat panjang. Hal ini jadi pengingat untuk kami sendiri agar tidak cepat puas dan hanya ingin dipuaskan oleh sesuatu yang datang dengan cepat.

“Besar sekali harapan kami masyarakat di Indonesia dapat segera menyaksikan film Sculpting The Giant Indonesia. Kami sedang menunggu hasil seleksi beberapa festival di Indonesia dan Asia Tenggara dan setelahnya Sculpting The Giant akan tayang dan semoga mendapatkan apresiasi yang baik bagi para pecinta film di tanah air,” tutup Aziz. (https://viff.org/whats-on/category/indonesia/).

)***Tjoek

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *