Uritanet, Jakarta –
Kebutuhan akan sebuah rumah atau hunian sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat selain pangan serta sandang. Dan perkembangan akan hal itu seiring dengan dinamisnya perubahan di masyarakat.
Namun tentunya, secara global tak terlepas dari perencanaan yang berkembang dari tata ruang serta juga kebijakan pemerintah yang menjadi prioritas pembangunan tersebut.
Dan pada kesempatan ini, kami mencoba berbincang sekilas mengenai bagaimana trend kebutuhan hunian dan bisnis bagi masyarakat menengah Indonesia bersama Wahyu Sulistio, Direktur Proyek Residensial and Corporate Communications Metland, berikut cuplikan perbincangannya :
Sejauh mana Metland melihat kelas menengah Indonesia dalam memenuhi kebutuhan perumahan hunian bagi mereka? Dan fasilitas apa saja yang mereka butuhkan?
Memiliki hunian merupakan kebutuhan mendasar dari setiap orang. Kemampuan memiliki hunian kelas menengah Indonesia masih terbatas pada rumah – rumah dengan harga kisaran Rp. 700 juta hingga Rp. 2miliar dan berlokasi di daerah penyangga ibukota dan sebagian besar memenuhi kebutuhan hunian melalui pembiayaan oleh perbankan atau KPR.
Fasilitas terpenting dalam pemilihan hunian kelas menengah adalah lokasi yang mudah diakses oleh transportasi umum / masal seperti commuter line atau trans Jakarta, selain akses jalan tol untuk memudahkan mobilitas penghuni.
Fasilitas lainnya seperti fasilitas area komersial, sarana pendidikan, rekreasi keluarga dan lainnya untuk melengkapi kebutuhan penghuni.
Bagaimana pula Metland dengan kebutuhan lokasi bisnis bagi masyarakat menengah di Indonesia? Dan fasilitas seperti apa yang mereka butuhkan ?
Masyarakat menengah selain sebagai pekerja kantoran ada juga sebagai wirausahawan yang membutuhkan lokasi-lokasi untuk usahanya dengan format ruko, area komersil stand alone ataupun pusat perbelanjaan. Lokasi bisnis yang sesuai adalah di daerah yang populasinya cukup besar yang bisa dijadikan potensi konsumen.
Sama halnya dengan kebutuhan rumah tinggal, lokasi bisnis juga membutuhkan fasilitas pendukungnya seperti akses yang mudah dijangkau dan memenuhi kriteria menjadi lokasi bisnis di daerah tersebut.
Seperti apa, Metland meraciknya diantara kedua kebutuhan Kelas Menengah di Indonesia itu, dengan kebutuhan bagi masyarakat lainnya? Apakah berpengaruh juga dengan lokasinya?
Untuk memenuhi kebutuhan yang bisa memenuhi kriteria kelas menengah, Metland memasarkan produk compact seperti rumah dengan Mezzanine yang nantinya bisa dikembangkan menjadi ruang – ruang tambahan atau rumah 2 lantai dengan sisa lahan yang bisa dimanfaatkan kemudian hari. Hal ini dimaksudkan agar harganya dapat terjangkau oleh kelas pasar yang dituju tersebut.
Untuk kebutuhan bisnis, Metland memasarkan ruko – ruko di area komersial di proyek yang dikembangkan.
Semua proyek residensial Metland terdapat area komersial ruko yang potensi pasarnya bukan saja dari penghuni tapi dari kawasan sekitar.
Bagi Metland, apa yang menjadi point of view untuk menentukan sebuah lokasi properti itu, apakah akan berkembang dan diminati banyak konsumen? Dan butuh berapa lama untuk mengetahuinya? atau menganalisanya?
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk memilih sebuah lokasi properti diantaranya rencana pemerintah mengenai pengembangan wilayah tersebut dan rencana akses transportasi, kondisi lingkungan sekitar untuk bisa menentukan kelas proyek yang dipasarkan dan pengembangan area komersial yang mendukung kawasan sekitar.
Analisa potensi satu kawasan memerlukan pemikiran yang memiliki visi ke depan dan pengalaman yang mumpuni di bidang properti.
Bagaimana pula Metland melihat prospek properti baik untuk hunian maupun bisnis di Indonesia? Adakah karakteristik yang berbeda antara Indonesia Barat, Tengah dan Timur? Dan bagaimana pula Metland melihat prospek perkembangan properti di Ibukota Negara Nusantara nanti?
Prospek properti baik hunian ataupun bisnis dilihat dari pengembangan kawasan tersebut. Seperti pengembangan transportasi LRT dan Kereta Cepat menaikan nilai di koridor Timur Jakarta, yang bukan saja terbatas hingga Karawang ataupun Bandung tetapi juga potensi kawasan perkotaan inti Cirebon-Patimban-Kertajati (Rebana).
Setiap daerah memiliki karateristik yang berbeda – beda baik dilihat dari sisi perkembangan wilayah, UMR, gaya hidup, aktivitas bisnis wilayah sekitar sebagai pertimbangan prospek properti satu daerah.
IKN adalah mega proyek yang memindahkan aktivitas pemerintahan ke lokasi baru, perlu adanya komitmen kuat dari pemerintah dan konsistensi pengembangan wilayah tersebut serta insentif – insentif yang diberikan kepada pengembang untuk bisa turut membangun IKN.
Selain perlu adanya kepastian kesinambungan karena pengembangan bisa di atas 10 tahun. Membangun IKN sama dengan membangun kawasan baru yang berarti juga membangun ekosistem baru.
Seperti apa trend kedepan konsep perumahan hunian maupun bisnis yang bakal diminati oleh masyarakat?
Rumah dengan konsep compact dan sistem rumah tumbuh yang saat ini menjadi kebutuhan masyarakat, masih akan menjadi trend dibeberapa tahun kedepan.
Rumah compact yang dimana penghuni dapat melakukan penambahan ruangan di kemudian hari jika diperlukan untuk kelas menengah. Untuk kelas yang lebih atas, rumah siap huni dengan kesiapan ruang yang sudah ditawarkan sejak awal, jadi konsumen tidak perlu melakukan renovasi sebelun menempati rumahnya.
)** istimewa/benksu / tjoek