Uritanet – Jakarta, 28 Agustus 2025 – Ribuan petani dari berbagai daerah di Indonesia memadati kawasan Patung Kuda, Jakarta, Kamis (28/8), dalam aksi damai yang menjadi bagian dari Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I Tani Merdeka Indonesia. Massa melakukan long march dari Monas menuju Istana Presiden untuk menyuarakan keadilan agraria sekaligus menolak dominasi oligarki dalam penguasaan sumber daya.
Ketua Umum Tani Merdeka Indonesia, Don Muzakir, menegaskan bahwa petani bukan sekadar sektor pinggiran, melainkan jantung pembangunan nasional.
“Petani adalah kekuatan utama bangsa, bukan beban negara,” tegas Don Muzakir dalam orasinya.

Dukungan dan Desakan
Menariknya, meski turun ke jalan untuk menuntut penuntasan konflik agraria dan pemberantasan mafia tanah, Tani Merdeka Indonesia juga menyatakan dukungan terhadap sejumlah program pemerintah Presiden Prabowo Subianto.
Di antaranya adalah program swasembada pangan, distribusi pupuk bersubsidi tepat sasaran, pembangunan irigasi, hingga program Makan Bergizi Gratis. Namun, dukungan tersebut dibarengi dengan desakan agar pemerintah lebih tegas menuntaskan persoalan klasik pertanian: konflik lahan dan praktik mafia tanah.

Meneguhkan “Prabowoisme”
Dalam aksinya, organisasi ini juga meneguhkan diri sebagai pengamal “Prabowoisme”, yakni kedaulatan rakyat atas tanah, air, dan pangan dengan basis pembangunan desa, sebagaimana diamanatkan Pasal 33 UUD 1945.
Bagi petani, cita-cita tersebut hanya bisa diwujudkan bila distribusi sumber daya dikelola secara adil dan berpihak pada rakyat kecil, bukan pada kepentingan segelintir oligarki.

Simbol Perjuangan Agraria
Long march ribuan petani di ibu kota ini menjadi simbol bahwa masalah agraria masih menjadi pekerjaan rumah besar bangsa. Dukungan mereka terhadap program pemerintah menunjukkan optimisme, tetapi tuntutan mereka mengingatkan bahwa keadilan agraria harus segera diwujudkan agar visi kedaulatan pangan tidak hanya berhenti sebagai slogan.
**Benksu

