Riau (Uritanet) :
Dalam semangat memperingati Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025, Belantara Foundation bersama mahasiswa dan pelajar asal Jepang—University of Tsukuba, University of Tsukuba Senior High School at Sakado, dan Ehime University Senior High School—melakukan aksi penanaman pohon secara simbolis di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH), Provinsi Riau.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata kolaborasi lintas bangsa dan generasi dalam melindungi bumi. Bersama Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan mitra Tahura SSH, mereka menanam bibit meranti bunga (Shorea leprosula)—salah satu spesies langka yang kini mulai terancam.
Aksi ini bukan sekadar simbolik. Ini adalah wujud nyata komitmen generasi muda untuk memulihkan lahan yang terdegradasi dan mengurangi emisi gas rumah kaca, mendukung target Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia, terutama di Pulau Sumatra.

Mengusung tema “Membangun Sinergi Antar Generasi untuk Masa Depan”, aksi ini menjadi jembatan edukasi dan partisipasi aktif generasi muda terhadap pentingnya konservasi alam dan perlindungan ekosistem.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari strategi besar untuk membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab kolektif terhadap lingkungan.
“Kami ingin mengajak semua pihak, khususnya generasi muda, untuk bergerak bersama menghadapi dampak perubahan iklim. Menanam pohon bukan hanya soal lingkungan, tapi juga membangun kesadaran ekologis yang kuat sejak dini,” tegas Dr. Dolly, yang juga mengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.

Tahura SSH: Laboratorium Alam yang Perlu Dijaga
Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si., Kepala KPHP Minas Tahura, menjelaskan bahwa kawasan Tahura SSH yang memiliki luas lebih dari 6.000 hektare kini menghadapi tantangan serius akibat perambahan, pembalakan liar, dan deforestasi.
“Kami sangat mengapresiasi upaya Belantara Foundation dan mitra internasional yang telah menggerakkan pelajar Jepang untuk turun langsung menanam pohon. Tahura SSH kami dorong sebagai laboratorium alam Provinsi Riau, sarana belajar yang hidup bagi pelajar dan masyarakat,” ujar Sri Wilda.
Kegiatan ini juga diwarnai semangat dari para pelajar Jepang. Yoshikazu Tatemoto, Head Teacher of International Studies dari University of Tsukuba Senior High School at Sakado, membawa 22 siswa dan guru untuk melihat langsung kondisi hutan di Indonesia.
“Melibatkan generasi muda dalam aksi nyata seperti ini sangat penting untuk membentuk masa depan bumi yang lebih berkelanjutan,” ucap Tatemoto Sensei, yang sejak lima tahun terakhir aktif mengajak murid-muridnya studi lapangan ke Sumatra.
Ia menambahkan bahwa energi, kreativitas, dan semangat inovatif generasi muda merupakan kunci perubahan sosial. Penanaman pohon bukan hanya menjaga bumi, tapi juga menanamkan nilai ekologis dan tanggung jawab global.

Lanjutkan Kolaborasi, Jangkau Lebih Luas
Sebagai bagian lanjutan dari kolaborasi ini, para siswa Jepang akan mengikuti kuliah umum bertema “Together for the Earth: Youth Collaboration for Achieving SDGs and Education for Sustainable Development”, pada Senin, 4 Agustus 2025, di Universitas Pakuan, Bogor.
Aksi tanam pohon ini adalah lebih dari sekadar kegiatan simbolis. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bumi. Generasi muda dari dua negara telah bersatu, memegang sekop, dan menanam harapan—di tanah yang sama, di bawah langit yang sama, untuk bumi yang satu.
Bila generasi muda sudah turun tangan menjaga hutan, maka masa depan tak hanya sekadar harapan, tapi langkah pasti menuju bumi yang lestari.
Mari terus jaga bumi, bukan karena kita mewarisinya dari leluhur, tetapi karena kita meminjamnya dari anak cucu kita.
)***Tjoek / Foto Ist

