Jakarta (Uritanet) :
Ketahanan pangan bukan sekadar wacana, melainkan tanggung jawab bersama. Inilah pesan kuat yang disampaikan Agita Nurfianti, Anggota Komite III DPD RI dari Daerah Pemilihan Jawa Barat sekaligus Wakil Ketua III BULD DPD RI, saat menyoroti keberadaan sawah non-aktif di Jawa Barat dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pangan Nasional, serta Badan Gizi Nasional, Senin (7/7) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
“Jawa Barat itu dikenal sebagai salah satu lumbung beras nasional. Tapi, tidak semua sawahnya produktif. Ada yang aktif, ada juga yang non-aktif. Nah, yang non-aktif ini harus dijaga, jangan sampai berubah fungsi jadi bangunan atau industri. Kita butuh lahan pangan, bukan kehilangan lahan produktif, ” ujar Agita lantang.
Agita menyampaikan bahwa sawah non-aktif bukan sekadar ladang kosong, melainkan potensi besar yang terabaikan. Ia menekankan pentingnya perawatan dan revitalisasi sistem irigasi sebagai kunci menghidupkan kembali sawah-sawah yang selama ini terbengkalai akibat kurangnya dukungan infrastruktur dan anggaran.
“Fokus pembangunan jangan hanya pada pembukaan lahan baru, tapi juga perawatan lahan yang sudah ada. Sawah yang tertidur bisa dihidupkan lagi, asal irigasinya dirawat dan didukung anggarannya,” tambahnya tegas.
Pemerintah Siap Optimalisasi Lahan Lewat Teknologi Irigasi
Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Yudi Sastro, menyambut aspirasi tersebut dengan terbuka. Ia menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan skema optimalisasi lahan melalui berbagai teknologi, mulai dari irigasi perpompaan, pemanfaatan sumur dalam hingga perbaikan jaringan irigasi yang rusak.
“Kami sudah menyiapkan program untuk lahan yang hanya bisa tanam sekali setahun. Dengan teknologi irigasi yang tepat, sawah-sawah itu bisa produktif kembali. Ini aspirasi penting dari daerah dan tentu akan kami tindak lanjuti dengan data CPCL dari kabupaten dan provinsi,” jelas Yudi.
Pihaknya juga membuka peluang untuk program cetak sawah baru, dengan catatan wilayah tersebut memiliki potensi lahan yang memadai. Meski kuota terbatas, permohonan bisa dimasukkan untuk direalisasikan pada tahun anggaran berikutnya.
Agita Tegas Suarakan Aspirasi Petani Daerah
Agita menyambut baik respons tersebut dan menegaskan bahwa suaranya di Senayan akan terus digunakan untuk mengawal hak-hak petani dan menjaga masa depan pangan nasional.
“Kami tidak akan berhenti menyuarakan kebutuhan daerah. Lahan pertanian bukan hanya soal pangan, tapi soal keberlangsungan hidup bangsa. Jawa Barat punya potensi, tinggal bagaimana kita menjaganya bersama,” tutup Agita.
Sawah yang hidup bukan sekadar hamparan hijau, melainkan sumber harapan. Dan suara dari daerah seperti yang disuarakan Agita Nurfianti adalah suara yang mengingatkan: masa depan pangan Indonesia dimulai dari tanah yang tidak dibiarkan kering tanpa arti.
Mari jaga tanah, tanam harapan, dan panen masa depan.
)***Tjoek

