Ketua Umum BKN, Muhammad Rofi’i Mukhlis Mendorong Penganugerahan Gus Dur dan Jenderal Hoegeng Sebagai Pahlawan Nasional

Jakarta (Uritanet) :

Usulan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Jenderal Polisi (Purn.) Hoegeng Iman Santoso terus mendapat dukungan luas. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo bahkan telah menyampaikan usulan ini dalam acara Silaturahmi Kebangsaan Pimpinan MPR RI bersama keluarga Gus Dur pada 29 September 2024 lalu.

Sementara itu, Ketua Umum BKN, Muhammad Rofi’i Mukhlis atau akrab disapa Cak Rofi’i, juga menegaskan pentingnya pengakuan serupa bagi KH. Abdurrahman Wahid
dan Jenderal Hoegeng.

Lantas, mengapa kedua tokoh ini layak mendapat gelar Pahlawan Nasional?

Gus Dur: Bapak Pluralisme dan Demokrasi Indonesia

KH. Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, adalah Presiden ke-4 Republik Indonesia yang dikenal sebagai tokoh pluralisme, demokrasi, dan hak asasi manusia. Perjuangannya dalam menegakkan nilai-nilai kebangsaan dan toleransi berkontribusi besar terhadap demokrasi Indonesia.

Sebagai seorang ulama, intelektual, dan negarawan, Gus Dur berani mengambil langkah-langkah progresif dalam melindungi hak-hak minoritas, memperkuat kebebasan beragama, serta menegakkan supremasi hukum. Dedikasinya dalam membangun persatuan dan keberagaman di Indonesia menjadikannya sosok yang dihormati lintas agama, budaya, dan latar belakang sosial.

Baca Juga :  Pangdam III Siliwangi:Jadilah Pemimpin Yang Menjabarkan Loyalitas Menjadi Kecerdasan

Jenderal Hoegeng: Simbol Integritas dan Profesionalisme Polri

Sedangkan Jenderal Polisi (Purn.) Hoegeng Iman Santoso adalah sosok yang dikenal sebagai Kapolri paling bersih dan berintegritas dalam sejarah Indonesia. Menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) pada 1968–1971, Hoegeng menolak segala bentuk Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Keberaniannya dalam menindak tegas pelaku kejahatan tanpa pandang bulu, bahkan jika berhadapan dengan kekuatan politik dan ekonomi yang besar, menjadikannya inspirasi bagi generasi penerus Polri. Dengan kepemimpinan yang transparan dan tegas, Hoegeng membuktikan bahwa kepolisian yang profesional, bersih, dan independen bukanlah sekadar idealisme, melainkan sebuah keharusan.

Dorongan penganugerahan Gus Dur dan Jenderal Hoegeng sebagai Pahlawan Nasional bukan sekadar bentuk penghormatan atas jasa-jasanya, tetapi juga sebagai bentuk edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya kepemimpinan yang berintegritas, berprinsip, dan berorientasi pada kepentingan rakyat, tegas Cak Rofi’i.

Baca Juga :  Pasca Rehabilitasi Dua Individu Orangutan Kembali ke Habitat

Penganugerahan gelar ini juga menjadi pesan kuat bagi bangsa Indonesia bahwa nilai-nilai seperti pluralisme, kejujuran, profesionalisme, dan keberanian dalam menegakkan hukum harus terus diwarisi dan dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mantan Presiden Gus Dur dan Jenderal Hoegeng adalah dua sosok dengan latar belakang berbeda, tetapi memiliki kesamaan dalam perjuangan mereka untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Gus Dur dengan semangat pluralismenya, dan Hoegeng dengan keteguhan integritasnya, keduanya memberikan teladan nyata bagi bangsa ini.

Sudah saatnya pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto memberikan pengakuan tertinggi dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada mereka. Langkah ini tidak hanya akan memperkokoh warisan kepemimpinan mereka, tetapi juga menginspirasi generasi penerus untuk terus berjuang demi keadilan, kebebasan, dan keutuhan bangsa, pungkas Ketua Umum BKN, Muhammad Rofi’i Mukhlis.

)**Tjoek

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *