Ridwan Kamil: 70%Gagasan untuk Memajukan Jakarta Datang dari Aspirasi Warga

Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil menyebut, kepemimpinan yang baik tentunya harus terbuka terhadap masukan, terutama dari para tokoh masyarakat. Maka, penting untuk terus menjaga silaturahmi dengan semua lapisan.

UritanetJakarta, Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil menyebut, kepemimpinan yang baik tentunya harus terbuka terhadap masukan, terutama dari para tokoh masyarakat. Maka, penting untuk terus menjaga silaturahmi dengan semua lapisan.

“Tugas pertama seorang calon gubernur adalah lebih banyak mendengarkan ketimbang bicara, menyerap aspirasi serta menyerap ilmu dari para tokoh. Beliau, pak Lutfi, adalah ulama dan tokoh masyarakat Betawi. Tadi saya diceritakan sejarah Cakung, budayanya, serta aspirasi tentang pemulihan kebudayaan Betawi melalui lembaga adat,” ujar Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, selepas silaturahmi dengan tokoh masyarakat di kediaman Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR) K.H. Lutfi Hakim di daerah Cakung, Jakarta Timur pada Minggu (22/9).

Berdasarkan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta yang disahkan Maret silam, lembaga adat dan kebudayaan Betawi menjadi salah satu unsur yang dilibatkan dalam memajukan kebudayaan Betawi. Ketum FBR Lutfi menyampaikan harapannya agar hal tersebut bisa menjadi perhatian Ridwan Kamil.

“Beliau mohon untuk diperjuangkan, karena instrumennya ada tapi aksinya belum ada. Saya melakukan kunjungan-kunjungan seperti ini agar semakin banyak menjaring aspirasi dan harapan. Mungkin gagasan untuk memajukan Jakarta itu 30% dari saya, tapi 70% datang dari aspirasi-aspirasi warga,” tambah Kang Emil.

Kang Emil menegaskan bahwa silaturahmi tersebut bukan sebagai permintaan dukungan politis dalam kontestasi Pilkada Jakarta, namun sebagai kesempatan melakukan dialog untuk mendapatkan masukan dan tambahan pengetahuan tentang Jakarta.

Salah satu oleh-oleh yang ia dapatkan yakni tentang budaya Betawi yang selalu jujur dan toleran dengan siapapun. Jakarta yang menjadi tempat berkumpul orang dari beragam suku juga tak mensyaratkan pendatang untuk menanggalkan budaya asli mereka, namun perlu hidup berdampingan dengan rukun dan bersama-sama memajukan Jakarta.

“Saya tidak menghalangi kalau orang lain panggil Abang. Saya enggak bisa maksa orang. Tapi saya sendiri, dari kecil ya dipanggilnya Akang. Pak Jokowi dulu dari Solo ke Jakarta kan juga dipangginya Mas Jokowi, Mas Pramono panggilannya Mas Pram. Begitu pula dengan Pak Ahok,” ujar Ridwan Kamil.

Posisi Jakarta yang multi etnis justru menjadi salah satu kekuatan Jakarta untuk terus maju dan berkembang, ucap Kang Emil. Ditambah dengan pendekatan kolaboratif dengan seluruh lapisan masyarakat, Jakarta bisa menjadi kota global tanpa meninggalkan akar budaya setempat.

)**Benksu

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *