Uritanet–
Jakarta– 25 September 2024, Dalam upaya mencegah gangguan cuaca ekstrem yang dapat mempengaruhi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memperpanjang operasi modifikasi cuaca hingga 12 September 2024. Langkah ini diambil atas permintaan pemerintah daerah Penajam Paser Utara, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, serta Kepala Otorita IKN, dengan tujuan untuk mengurangi potensi bencana seperti banjir dan tanah longsor yang dapat menghambat target pembangunan.
Menurut laporan BMKG, curah hujan di wilayah Kalimantan Timur, khususnya di sekitar kawasan IKN, diperkirakan akan tetap tinggi hingga September. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya longsor dan banjir, yang dapat mengganggu progres pembangunan fisik di wilayah tersebut. Oleh karena itu, operasi modifikasi cuaca diinisiasi untuk mengalihkan hujan deras ke area lain, sehingga intensitas hujan di wilayah yang sedang dibangun dapat dikendalikan.
Kepala BNPB menyatakan bahwa operasi modifikasi cuaca ini telah menunjukkan hasil yang sangat efektif dengan tingkat keberhasilan mencapai 98% selama Juli dan Agustus. Keberhasilan ini terbukti pada Sabtu, 17 Agustus, di mana tidak terjadi hujan di wilayah yang diprediksi akan terkena hujan deras.
Operasi ini tidak hanya berfokus pada wilayah IKN saja, tetapi juga dilakukan di seluruh wilayah Indonesia yang membutuhkan, dengan tujuan utama untuk mengurangi risiko bencana dan dampaknya bagi masyarakat. Dengan memperpanjang operasi modifikasi cuaca ini, diharapkan target pembangunan IKN, termasuk pembangunan bandara yang saat ini sudah mencapai 1.300 meter dari 2.300 meter yang direncanakan, dapat tercapai sesuai jadwal tanpa gangguan cuaca.
Pemerintah terus berkomitmen untuk mencegah risiko bencana sedini mungkin, bukan hanya untuk melindungi pembangunan infrastruktur, tetapi juga untuk memastikan keselamatan masyarakat di sekitar kawasan IKN. Modifikasi cuaca ini merupakan bagian dari strategi pencegahan yang lebih luas, yang juga mencakup mitigasi risiko bencana di berbagai wilayah Indonesia yang rentan.
**Benksu