“Rasa nasionalisme seniman sangat kuat dengan berbagai karya yang mempropagandakan kemerdekaan Indonesia. Di sisi lain, Soekarno juga menggunakan seni sebagai diplomasi untuk menunjukkan bahwa Indonesia ini berbudaya. Peran yang sama juga dilakukan oleh Sjahrir,” ujar Ketua PCI Lesbumi NU Belanda tersebut.
Pernyataan tersebut juga dikonfirmasi oleh Nasirun. Bahwa masa awal kemerdekaan, ketika negara meminta kontribusi seniman, tak ada jawaban selain kesanggupan. Meskipun sebenarnya sangat sulit diwujudkan ketika itu.
Bung Karno pernah memesan tugu selamat datang, pada waktu kita belum punya teknik perunggu, tapi disanggupi oleh seniman. Bahkan listrik aja belum maksimal. Duitnya juga tidak jelas. Tapi seniman mau mengerjakan karena alasan nasionalisme. Kalau menolak, nasionalismenya diragukan.
Hari ini kita bisa mempertanyakan nasionalisme seniman atau kita semua? Kalau nasionalismenya menipis, maka bisa dipertanyakan kontribusinya pada negara,” ujar seniman kondang tersebut.