Uritanet, Jakarta –
Kontroversi tombak (tongkat) Kyai Cokro, yakni sebuah pusaka milik Pangeran Diponegoro yang dikembalikan oleh Pemerintah Belanda ke pemerintah Indonesia pada 5 Februari 2015 lalu di Jakarta dan diterima oleh Mendikbud Anies Baswedan telah menimbulkan kontroversi dan spekulasi.
Hal tersebut dikaitkan dengan mitos, bahwa siapa yang memegang tongkat Cokro saat dikembalikan di Indonesia, maka dialah yang akan menjadi pemimpin yang disegani dan sekaligus dicintai.
Demi mempertegas spekulasi atas mitos tersebut, maka pada tanggal 7 Agustus dimulai pukul 21.00 di studio Refly Harun Channel di Jakarta dilangsungkan Podcast dengan mengambil topik bahasan Tongkat Pangeran Diponegoro.
Dalam pembahasan tersebut, hadir Mochamad Walid, seorang penggiat Theosofi dan alumni filsafat UGM Yogyakarta, yang secara spekulatif menyebutkan, bahwa;
Pertama; Tongkat atau tombak Pangeran Diponegoro berasal dari masa kerajaan Demak dan diduga pemiliknya adalah Pangeran Benowo. Hal itu didasarkan hasil study literer yang menyebutkan, bahwa Pangeran Diponegoro menerima tongkat itu beberapa tahun sebelum terjadi perang pada 1825 – 1830.
Kedua; karena alasan yang sifatnya extra ordinary (supernatural) yang terdapat pada entitas tombak atau tongkat itu, maka sejak Pangeran Diponegoro memegang atau menguasai tombak itu maka kemudian secara mistik menyebabkan eksistensi Pangeran Diponegoro sebagai seorang pemimpin semakin kukuh dan moncer. Para pejuang dan pendukung pangeran Diponegoro berdatangan dan bergabung untuk tujuan perjuangan mengusir pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu.
Fenomena yang dialami Pangeran Diponegoro tampaknya berulang pada masa sekarang. Yakni secara kebetulan yang menerima dan memegang tongkat Pangeran Diponegoro adalah Anies Baswedan. Kesamaannya sebagai berikut.
Antara lain, perjalanan politik Anies moncer terus menapak naik tanpa diduga sebelumnya dan hingga kini Anies diusung oleh KPP Perubahan sebagai Capres RI pada Pilpres 2024.
Perjalanan yang moncer ini adalah kuasa Allah SWT dan tongkat hanyalah sebagai simbul atau penanda.
Selanjutnya, Anies yang tidak pernah mengajukan permohonan untuk dicapreskan dan kemudian benar benar menjadi Bacapres KPP Perubahan merupakan sebuah “miracle” yang bisa dikaitkan dengan tongkat Pangeran Diponegoro.
Kemudian, Anies selama ini tidak secara resmi membentuk relawan tetapi justru relawan yang mengorganisir diri justru mendorong Anies untuk untuk memimpin Indonesia yang lebih baik boleh disebut sebuah peristiwa the extra ordinary dan fenomena ini menurut hemat nara sumber (Mochamad Walid) adalah fenomena mileniarisme atau mesianisme dalam peradaban modern.
Dan, apakah benar tentang Mitos, bahwa siapa yg memegang tongkat akan memperoleh energi positif yang berasal dari vibrasi tongkat Pangeran Diponegoro? Jawabnya berdasar pengalaman empiris adanya semacam “induksi magnetik” sebuah benda terhadap tubuh seseorang yg menyentuhnya, maka Jawabnya iya, bahwa Anies Baswedan diduga telah memperoleh energi positif atau pulung yang berasal dari Tombak Kanjeng Kyai Cokro.
Sebagaimana disampaikan dalam telaah diskusi dalam podcast RH Channel, bahwa siapun bisa memperoleh pulung tersebut dan mendapatkan “wahyu Ratu Adil” dengan catatan ” nayuh” atau berjodoh.
Demikian beberapa point penting yang bisa disampaikan dan bisa dielaborasi secara spekulatif menjadi narasi atau story yg menarik sebagai narasi alternatif.
)**TCs/ tjoek