Jepang bisa melakukan ini bukan karena mereka terlahir demikian, tapi karena dididik demikian. “Investasi pendidikan” mereka, dalam bentuk soft power, muncul pada saat mereka terpuruk sekalipun. Mereka menunjukkan pada dunia bahwa kemampuan dan penguasaan diri untuk berlaku lembut, sopan, disiplin, dan beradab itu adalah ‘power’. Tanpa banyak mulut dan drama, mereka menunjukkan pada dunia ‘template’ dari masyarakat yang beradab.
Kesebelasan Jepang dan para pendukungnya datang untuk menyuguhkan permainan sepakbola yang baik dengan semangat sportivitas. Mereka tidak pernah meremehkan lawan, apalagi mengolok-olok lawan yang kalah. Mereka tahu bahwa lawan tanding mereka berusaha sama kerasnya dengan mereka. Hanya orang yang telah berusaha keras yang bisa menghargai usaha orang lain.