Uritanet, – Pejabat Karantina Pertanian Semarang melakukan pemeriksaan fisik dan kesehatan terhadap tujuh ton sabut kelapa senilai Rp 143 juta sebelum dikirim ke Tiongkok. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui komoditas tersebut dalam kondisi kering, bersih, tidak ditemukan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dan siap diekspor ke Negeri Tirai Bambu.
Limbah kelapa berupa sabut tersebar di sekitar kita dan tanpa kita sadari memiliki nilai jual tinggi. Masyarakat biasanya memanfaatkan daging dan air kelapa untuk bahan baku olahan makanan dan minuman, sedangkan sabut kelapa dibuang begitu saja.
Kini sabut kepala tidak menjadi limbah lagi, melainkan menjadi salah satu komoditas andalan yang siap memenuhi permintaan pasar global. Sabut kelapa juga diminati negara Malaysia, Brasil, Singapura, Jerman, Jepang, Korea dan lainnya. Permintaan pasar yang semakin besar menjadi peluang petani untuk mengembangkan lahan dan produksinya.
Cisilia Triwidiyanti, Subkoordinator Substansi Karantina Tumbuhan Karantina Pertanian Semarang mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari sabut kelapa sering diabaikan, padahal produk ini memiliki prospek ekspor yang kian menjanjikan. Keunikan sabut kelapa menjadi daya tarik masyarakat Tiongkok untuk dijadikan sebagai bahan baku industri.
“Selain sabut kelapa, perlu inovasi yang ditingkatkan secara berkelanjutan sehingga mampu mengolah limbah produksi dan turunan kelapa menjadi berkualitas dan berdaya saing di pasar internasional,” imbuh Cisilia.
)***