Uritanet, – Kenapa Brazil sangat bagus dalam Sepakbola secara tradisi? Sebagian orang menjawab karena bakat alami, karena pembinaan, karena dukungan dan sebagainya. NO! Bukan karena itu semua.
Seorang Brazil pernah berkata “Saya hanya berpikir bahwa kami sangat beruntung memiliki pemain seperti dia.” Katanya sambil menunjukkan foto Pele di layar hpnya.
Sejak Pele membawa Brazil menjuarai Piala Dunia untuk pertama kalinya pada tahun 1958, sejak itu seluruh orang Brazil begitu tergila-gila dengan sepakbola. Semua anak-anak memainkannya, menjadi olahraga favorit nasional sehingga atlet berkembang dengan baik.
Pemerintah menggerakkan dana untuk membantu pengeluaran & praktik nasional dalam sepakbola. Dan kemudian menyediakan infrastruktur untuk pelatihan selanjutnya dalam pengembangan profesional atlet. Banyak atlet profesional yang dibayar dengan baik dan menikmati status sosial, dan banyak anak laki-laki bercita-cita menjadi pemain sepak bola profesional.
Para pemain sangat dihormati di rumah, dilingkungannya, disekolah, dipasar. Setiap anak laki-laki di Brazil ingin menunjukkan dirinya sebagai yang terbaik dalam sepakbola.
Pemain Brazil baik kulit hitam atau putih sama bagusnya. Jadi nggak ada hubungannya dengan ras. Ini murni karena semangat nasionalisme mereka dalam sepakbola.
Setelah Pele, banyak pemain bagus muncul, seperti: Garrincha, Socrates, Zico, Falco dan sebagainya.
“Kami tidak perlu menciptakan pemain terbaik. Generasi saat ini akan menginspirasi generasi berikutnya dan berikutnya dan berikutnya.” Katanya.
Inilah yang disebut dengan TRIGGER. Trigger artinya pemicu atau pelatuk.
Jepang dan Korea sudah mendapatkan Trigger dengan menjuarai Piala Asia dan meloloskan diri ke Piala Dunia. Para pemain yang terlibat didalamnya terlihat bak pahlawan bangsa yang langsung menginspirasi jutaan anak-anak diseluruh negeri. Mereka akan berkata : Aku harus bisa menjadi pahlawan bangsa dalam sepakbola sepertinya kelak!
Dengan pencapaian yang baik, dukungan dari pemerintah, pengusaha, dan seluruh lapisan masyarakat menjadi lebih kuat dibanding negara dengan sedikit prestasi.
Tidak ada trigger yang tercipta di negara minim prestasi. Sehingga tidak banyak dukungan, tidak banyak anak-anak tertarik menjadi pesepakbola, tidak banyak sarana terbangun. Bahkan tidak sedikit masyarakat yg beroposisi dengan timnasnya sendiri. Faktornya karena sudah pesimis.
Cobalah bayangkan seandainya Indonesia berhasil menjadi semifinalis Piala Asia atau berhasil lolos ke Piala Dunia. Seketika demam bola melanda di seluruh negeri. Dimana2 orang bermain bola, dari kalangan atas sampai bawah. Kita pun mulai berpikir membenahi Liga dan Pembinaan dengan lebih serius. Para Kepala Daerah juga mulai mendukung dan membangun sarana. Tayangan TV? Yakin deh jadi bola semua.
Kita nggak ikut piala dunia aja hebohnya bukan main. Bayangkan jika Indonesia ada disana.
Indonesia perlu menciptakan TRIGGER untuk membangkitkan sepakbola ke arah yang sebenarnya. Entah bagaimana caranya. Maka seluruh elemen bangsa akan bergerak ke arah yang sama, mendukung Timnas. Dengan begitu sepakbola kita akan semakin kuat.