Menparekraf Sandiaga Uno : Masyarakat Harus Berkontribusi untuk Kemerdekaan Bangsa dari Pandemi

Uritanet – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mendorong seluruh masyarakat untuk berkontribusi dan menjadi pahlawan bagi kemerdekaan bangsa dari pandemi COVID-19 dengan berbagai cara. Salah satunya dengan tidak menyebarkan berita hoax, misinformasi, maupun disinformasi tentang COVID-19.

Saat Bedah Buku secara virtual Karya Kamrussamad dengan judul ‘Pahlawan-Pahlawan Le Parle CovidNomics’, Kamis (22/7/2021), Menparekraf Sandiaga menjelaskan, setiap orang memiliki peran dalam mengatasi pandemi ini. Karenanya setiap orang bisa menjadi pahlawan dan berkontribusi bagi kemerdekaan bangsa dari pandemi.

Tidak hanya dalam skala makro, membuat kebijakan ataupun berinovasi membuat suatu hal yang berguna bagi banyak orang, namun juga dalam skala mikro dengan tetap bersama-sama disiplin menjalankan protokol kesehatan.

“Untuk itu, perlu cara bijak dan efektif menghargai jerih payah para pahlawan pandemi COVID-19. Serta, selalu mengusung narasi dan konten-konten yang positif serta berita baik untuk percepatan penanggulangan penyebaran virus penyebab COVID-19, misalnya menangkal hoax, misinformasi maupun disinformasi tentang COVID-19,” ujarnya.

Jauh sebelum jadi Menparekraf, dan diajak menulis dalam buku ini, Sandiaga Uno menjadi relawan pertama untuk membatu warga yang terdampak COVID-19. Aksi nyata itu dimulai April 2020, Zona hitam di wisma atlet Kemayoran, berupa layanan PCR test secara gratis, kemudian memberikan paket sembako masyarakat pemukim TPA Bantar Gebang, dan nenyalurkan 1 juta masker ke seluruh Indonesia. Semua dimulai April 2020.

Aksi nyata Sandiaga Uno tersebut di bawah bendera Relawan Indonesia Bersatu (RIB) yang merupakan Kisah berani imenjadi inspirasi si penulis buku sehingga mengundang figur Sandiaga dari 23 Tokoh untuk berkontribusi dalam bentuk tersebut.

Menparekraf Sandiaga Uno juga menjelaskan, pandemi menjadi tantangan besar yang dialami dunia pada berbagai sektor. Tidak hanya kesehatan, tapi juga ekonomi, sosial serta pariwisata dan ekonomi kreatif. Berbeda dibandingkan Asian Financial Crisis pada 1998 dan Global Financial Crisis pada 2008 dimana keduanya berawal dari sektor ekonomi dan keuangan. Sedangkan kali ini krisisnya bersumber dari kesehatan sehingga permasalahannya lebih beragam.

“Namun, di tengah pandemi ini banyak sosok-sosok muncul berpikir cerdas, bekerja keras, bekerja tuntas dan bekerja ikhlas berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang terus bermunculan saat ini. Salah satunya Bung Samad, apa yang dilakukan Bung Samad ini menjadi pegangan untuk melakukan berbagai strategi inovasi dilakukan, mulai dari pendekatan big data, Artificial Intelligence, digitalisasi, kolaborasi. Menjaga ekonomi, membuka lapangan kerja menjaga inflasi, karena kita memantau kebijakan dunia tentang ancaman inflasi,” katanya.

Menparekraf menjelaskan, pemerintah berupaya maksimal menekan laju penyebaran COVID-19 sebagai prioritas utama, kemudian melakukan kebijakan-kebijakan berbasis data untuk menanggulangi dampak kepada sektor Parekraf yang menjadi mata pencaharian bagi 34 juta masyarakat Indonesia. Sebagaimana tertulis dalam bagian kedua dan ketiga dalam buku, dimana diterangkan respons kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.

“Hal ini telah disampaikan juga pada bagian keempat, kelima dan keenam dalam buku ini, yaitu beberapa sektor yang berjaya di masa pandemi seperti e-commerce, jasa kurir, makan-minum dan alat kesehatan, munculnya gerakan sosial di masyarakat yang saling tolong menolong,” katanya.

Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI yang juga penulis buku ‘Pahlawan-Pahlawan Le Parle CovidNomics’ Kamrussamad menjelaskan, yang dimaksud ‘Pahlawan’ jika melihat bagian per bagian dalam buku ini adalah mereka yang membutuhkan keberpihakan seperti pekerja dan buruh, tukang bubur yang tidak bisa jualan setiap pagi, rumah-rumah miskin yang selama ini dihidupi satu orang tulang punggung keluarga, pegawai-pegawai kafe yang harus dirumahkan, pengusaha-pengusaha industri mereka harus berhenti, warung-warung kopi yang kini sepi, para sopir, dan lainnya.

“Itulah yang kami sebut ‘pahlawan-pahlawan’ karena mereka tetap berusaha. Kami memotret berbagai komunitas yang terdampak pandemi ini, orang-orang inilah yang tetap bisa bertahan dalam kondisi seperti ini, ada juga dosen-dosen yang saat ini bekerja mengajar dari rumah tetap bisa melayani mahasiswanya dalam menyusun tesis dan menyelesaikan tugas secara virtual, itulah makna di dalam buku ini yang kami sebut sebagai pahlawan-pahlawan ini,” katanya.

Sumber : kemenparekraf

Share Article :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *