URITANET, – Kalau kita jalan-jalan ke Malang, jangan lupa kulineran disana. Karena kota Malang terkenal juga dengan bermacam kulinernya yang beraneka ragam dari harga kaki lima sampai yang bintang lima, Anda tinggal pilih saja dan di jamin semuanya uenaak tenan. Salah satu kuliner yang bisa Anda kunjungi mie Aceh Kedai Pak Cik Abin, berlokasi di daerah Terusan Kendalsari Malang.
Cafe ini menyajikan menu khas melayu, seperti mie rebus Aceh salah satunya. Cafe dengan nama Kedai pak Cik Abin ini berdiri, berawal pemiliknya yang asli sumatra Utara rindu dengan masakan kampungnya.
“Jadi tahun 2009 saya memutuskan membuat usaha ini. Tapi awalnya dulu tidak seperti ini, masih di emper-emper atau gerobak, hingga sampailah seperti sekarang ini. Masakan seperti ini pun belum ada sebelumnya di malang, jadi bisa dikatakan kamilah pelopor masakan aceh ini. Masakan aceh yang dipadu dengan masakan tradisional,” ungkap Dedi Susilo pemilik Kedai pak Cik Abin
Makanan favorit di Cafe ini adalah mie Aceh, khususnya mie rebus. Pertama memang masakan ini belum bisa di terima di malang, dikarenakan rasa rempah yang sangat kental khas makanan Aceh atau masakan melayu, sehingga akhirnya pemilik sepakat menurunkan rasa rempahnya, agar bisa lebih diterima lidah masyarakat Malang. Setelah itu baru masakan ini bisa langsung dinikmati oleh masyakat Malang.
[irp posts=”2176″ name=”A Long Journey Cafe, Berpetualang Kuliner Di Dinginnya Malang”]
Untuk bahan bakunya sendiri, sampai saat ini Kedai pak Cik Abin masih mendapatkannya dari sumatera utara medan.
“Selain mie Aceh, kami ada menu baru kwetiauw Aceh, juga ada nasi goreng rendang. Nasi goreng ini benar-benar di goreng dengan bumbu rendang dengan toping rendang dan ini menjadi menu favorit juga disini. Untuk minuman di Cafe ini menyediakan minuman khas Medan, yaitu teh tarik dan sangat di gemari pengunjung resto. Selain teh tarik kami juga menyediakan kopi klasik dan kopi kekinian, anak-anak jaman now” jelas pemilik Kedai pak Cik Abin yang sering berkunjung saban sore ke Cafe ini.
Pengunjung di Kedai ini bisa dikatakan 70% nya mahasiswa, karena memang masakan kami lebih di kenal oleh mahasiswa yang sedang kuliah di malang ini, mereka sebagai pendatang, dari berbagai daerah.
Sebenarnya menurut pemilik Kedai ini, tidak menargetkan mengejar segmen mahasiswa tapi justru menu masakan Kedai Cik Abin lebih dikenal di kalangan mahasiswa. Kondisi di masa pandemi ini memang pasti terasa di setiap pengusaha apapun termasuk kuliner, apalagi Kedai pak Cik Abin lebih banyak dikunjungi oleh mahasiswa, seperti yang di ketahui semua mahasiswa sedang kuliah online.
Karenanya pendapatan Kedai inipun menurun drastis. Dedi Susilo sebagai ownerpun memilih penjualanya secara online untuk strategi marketing guna meningkatkan pendapatan Kedai pak Cik Abin ini.
[irp posts=”1281″ name=”Cari Tempat Bulan Madu? Wisata Kota Batu Malang Cocok untuk Destinasi Bulan Madu”]
Dalam situasi saat ini menurut pemilik Kedai pak Cik Abin, memang tidak bisa banyak berharap kepada pemerintah. Pemerintah sudah berusaha dan berbuat banyak mengatasi situasi ini. Akan tetapi paling tidak kita masih berharap pemerintah masih memperhatikan pelaku-pelaku UMKM.
“Sebab kami bisa dikatakan sebagai garda terdepan, karna kami banyak bersinggungan dengan konsumen baik lokal maupun luar negeri. Kami sebagai masyarakat juga berharap, target pemerintah untuk mencapai Herd Immunity segera terpenuhi di seluruh Indonesia. Agar lambat laun pariwisata kita di tiap daerah sudah bisa dibuka untuk memberikan angin segar bagi pelaku usaha UMKM dan pariwisata indonesia khususnya” Ujar Dedi Susilo menutup pembicaraan.