Menuju Akhir 2025, Perikanan Budidaya Kian Mantap Jadi Penggerak Ekonomi Biru

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Tb. Haeru Rahayu dalam konferensi pers capaian kinerja sektor kelautan dan perikanan di Jakarta, Senin (15/12/2025). Foto : Ombenk
Bagikan ke orang lain :

Uritanet -Jakarta 15 Desember 2025 Sektor perikanan budidaya Indonesia menunjukkan tren positif menjelang akhir 2025. Hingga triwulan III, produksi perikanan budidaya nasional telah mendekati target tahunan, menandakan ketahanan sekaligus potensi besar subsektor ini sebagai penggerak ekonomi berbasis kelautan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat produksi perikanan budidaya mencapai 5,02 juta ton atau hampir 97 persen dari target 5,17 juta ton pada 2025. Capaian tersebut memberikan optimisme bahwa target produksi tahun ini dapat terlampaui seiring masih berjalannya realisasi triwulan IV.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb. Haeru Rahayu, mengatakan periode Oktober hingga Desember menjadi fase penentu. Dengan tren produksi yang stabil, pemerintah optimistis sektor budidaya mampu menutup tahun dengan kinerja yang kuat.

“Triwulan keempat masih berjalan. Dengan capaian saat ini, kami optimistis target tahunan bisa tercapai,” ujarnya dalam konferensi pers capaian kinerja sektor kelautan dan perikanan di Jakarta, Senin.

Tidak hanya ikan budidaya, produksi rumput laut juga mencatat kontribusi signifikan. Hingga September 2025, produksi rumput laut telah mencapai 8,2 juta ton atau sekitar 95 persen dari target tahunan.

Posisi rumput laut sebagai komoditas unggulan dinilai tetap strategis, terutama bagi wilayah pesisir yang menggantungkan ekonomi lokal pada subsektor tersebut.

Dari sisi penerimaan negara, subsektor perikanan budidaya juga menunjukkan kinerja mencolok. Realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat jauh melampaui target, didorong oleh optimalisasi unit pelaksana teknis (UPT) milik KKP.

Meski bukan penyumbang utama PNBP nasional, sektor ini dinilai semakin efisien dan produktif.
Di balik capaian tersebut, KKP terus mendorong pengembangan perikanan budidaya melalui kebijakan ekonomi biru atau blue economy, yang menempatkan keberlanjutan lingkungan sebagai landasan utama. Pendekatan ini menjadi kunci agar peningkatan produksi tetap sejalan dengan daya dukung ekosistem.

Dalam implementasinya, pemerintah memfokuskan pengembangan pada lima komoditas utama, yakni udang, rumput laut, nila, kepiting, dan lobster. Komoditas tersebut dipilih karena memiliki permintaan pasar yang kuat serta didukung teknologi budidaya yang semakin matang.

Udang, misalnya, masih menjadi primadona ekspor dengan nilai perdagangan global yang besar. Selain itu, proyek-proyek budidaya berskala kawasan juga mulai menunjukkan dampak ekonomi yang signifikan di daerah.

Salah satu contoh pengembangan dilakukan di Karawang, Jawa Barat, melalui budidaya nila salin. Kawasan ini ditargetkan menjadi model praktik budidaya modern yang terintegrasi. Sementara di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, KKP mengembangkan kawasan budidaya udang terintegrasi yang diproyeksikan menyerap ribuan tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi regional.

Melalui berbagai program tersebut, KKP menegaskan bahwa arah pembangunan perikanan budidaya tidak hanya mengejar angka produksi, tetapi juga bertujuan meningkatkan kesejahteraan pembudidaya. Peningkatan produktivitas, penguasaan teknologi, serta keberlanjutan sumber daya menjadi fondasi agar sektor ini terus tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan.

Dengan sisa waktu tahun yang masih tersedia, sektor perikanan budidaya dipandang sebagai salah satu penopang penting ekonomi kelautan nasional yang kinerjanya semakin menjanjikan.

**Benksu

Bagikan ke orang lain :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *