Tidak Hanya Cepat, Tapi Tepat: Standar Profesionalisme Perawat dalam Situasi Darurat

Bagikan ke orang lain :

Uritanet (Jakarta) : 

Situasi darurat seperti kecelakaan, bencana alam, atau konflik bersenjata sering kali membuat pasien dan keluarganya merasa panik dan tak berdaya. Di tengah kekacauan itu, perawat menjadi garda terdepan yang harus bertindak dengan kecepatan luar biasa sekaligus ketepatan tinggi untuk menyelamatkan nyawa.

Profesionalisme perawat dalam kondisi seperti ini bukan hanya soal skill teknis, melainkan juga komitmen pada etika dan standar pelayanan yang menjaga keselamatan pasien di atas segalanya (Numminen et al., 2024).

Ketika detik detik pertama sangat menentukan, perawat yang profesional mampu menenangkan keluarga bersamaan melakukan penilaian cepat, sehingga proses penanganan berjalan lancar dan efektif. Pemahaman ini penting bagi masyarakat, terutama pasien dan keluarga, agar lebih percaya pada tim medis saat menghadapi keadaan darurat.

Perawat di ruang gawat darurat menghadapi tantangan besar, mulai dari beban kerja tinggi hingga risiko kekerasan dari pasien yang stres atau keluarga yang cemas. Meski demikian, mereka tetap harus menjaga sikap tenang dan fokus pada prioritas utama, yaitu menilai kondisi pasien secara singkat dan tepat untuk menentukan tingkat kegawatdaruratan (Wolf et al., 2020).

Dalam situasi konflik bersenjata atau bencana, perawat sering kali bekerja di bawah tekanan ekstrem, namun profesionalisme mereka terlihat dari kemampuan merespons perubahan kondisi pasien dengan cepat, seperti memberikan bantuan hidup dasar atau mengelola tim darurat sesuai standar pelayanan keperawatan (Mani et al., 2024).

Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan tanpa ketepatan justru bisa membahayakan pasien, sehingga perawat dilatih untuk selalu mengikuti prosedur operasional standar.

Standar profesionalisme perawat menekankan pada kode etik yang menjadi panduan utama dalam setiap tindakan. Kode ini mengharuskan perawat untuk bertanggung jawab penuh atas keputusan mereka, termasuk mendokumentasikan setiap intervensi dengan akurat agar proses perawatan bisa dilanjutkan oleh tim lain tanpa hambatan (Numminen et al., 2024).

Di lingkungan darurat, perawat juga harus berkolaborasi crat dengan dokter dan tenaga kesehatan lain untuk menetapkan prioritas asuhan, memastikan bahwa pasien dengan kondisi paling kritis mendapat penanganan pertama (Fields et al., 2018).

Bagi keluarga pasien, sikap profesional seperti ini terasa nyata ketika perawat menjelaskan situasi dengan bahasa sederhana, sehingga mengurangi ketakutan dan membangun kepercayaan selama proses penyelamatan berlangsung.

Selain itu, perawat darurat harus siap menghadapi risiko pribadi, seperti kekerasan fisik atau verbal, yang sering muncul di instalasi gawat darurat. Meskipun demikian, standar profesi mengharuskan mereka tetap memberikan perawatan berkualitas tanpa membiarkan emosi mengganggu penilaian klinis (Wolf et al., 2020).

Solheim (2016) menjelaskan bahwa jalur karir perawat darurat dirancang untuk membangun kesiapan ini melalui pelatihan khusus, termasuk simulasi situasi nyata agar respons mereka selalu tepat sasaran.

Di Indonesia, standar kompetensi perawat juga menuntut kemampuan merespons bencana dengan cepat, seperti mengidentifikasi prosedur darurat dan melaporkan perubahan kondisi pasien secara instan. Pendekatan ini memastikan bahwa tidak hanya kecepatan yang diutamakan, tapi juga akurasi yang menyelamatkan lebih banyak nyawa.

Profesionalisme perawat semakin teruji ketika mereka harus menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan di daerah terpencil dengan kesiapan darurat. Penelitian menunjukkan bahwa perawat lebih memilih posisi yang memungkinkan mereka mengasah keterampilan darurat, karena hal itu selaras dengan panggilan profesi mereka untuk melindungi masyarakat (Ficlds et al., 2018).

Dalam praktik sehari-hari, ini berarti perawat selalu siap dengan pengetahuan terkini tentang intervensi terapeutik dan manajemen tim, sehingga pasien mendapatkan pelayanan yang holistik meski dalam kekacauan. Bagi pasien dan keluarga, melihat perawat yang tetap tenang di saat kritis justru memberikan harapan dan ketenangan jiwa.

Pada akhirnya, profesionalisme perawat dalam situasi darurat mencerminkan dedikasi mereka untuk bertindak cepat sekaligus tepat, menjaga etika dan standar demi keselamatan pasien. Dengan mengikuti kode profesi dan prosedur standar, perawat tidak hanya menangani kasus medis tapi juga mendukung emosional keluarga di tengah ketidakpastian.

Masyarakat luas, khususnya pasien dan keluarga, bisa merasa lebih aman mengetahui bahwa perawat telah dilatih secara ketat untuk menghadapi segala kemungkinan darurat. Dukungan pelatihan berkelanjutan akan semakin memperkuat peran mereka sebagai pahlawan di garis depan kesehatan.

)***Oleh Marsya Aurellia Nur Agustin S1 Reguler Fakultas Ilmu Keperawatan / marsya.aurellia@ui.ac.id

Bagikan ke orang lain :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *