Galaxy S25 FE Dorong “Budaya Prompt” Baru: Pengguna Kini Bisa Edit Foto ala Profesional dalam Sekejap

Bagikan ke orang lain :

Uritanet – Jakarta 9 Desember 2025 Kecanggihan generative AI kini bukan hanya soal kemampuan mesin menghasilkan gambar atau video, tetapi juga bagaimana pengguna mampu memberi instruksi yang tepat melalui prompt. Fenomena ini semakin kuat sejak Samsung membenamkan aplikasi Gemini AI secara mendalam ke Galaxy S25 FE, membuat proses pengeditan foto berbasis prompt menjadi tren baru di kalangan pengguna muda.

Sebuah survei Adobe menunjukkan bahwa empat dari lima orang pernah menggunakan AI untuk membuat gambar, dan Gen Z menjadi kelompok paling aktif dengan angka mencapai 85 persen. Namun masalahnya, mayoritas Gen Z masih menggunakan prompt singkat—rata-rata hanya 17 kata—sehingga hasil AI kerap tidak akurat. Di sinilah Galaxy S25 FE hadir membawa perubahan: pengguna didorong untuk membuat prompt yang lebih kaya, deskriptif, dan terarah.
Mendorong Pengguna Mengenal “Prompt Engineering”

Melalui integrasi Gemini AI yang mendalam, Samsung menciptakan situasi baru: pengguna tidak cukup hanya menekan filter, tetapi perlu memikirkan deskripsi, suasana, gaya visual, hingga teknik kamera untuk menghasilkan foto optimal. Perubahan perilaku ini diam-diam mulai membentuk budaya baru, sebuah prompt culture yang sebelumnya hanya ada di kalangan kreator digital profesional.

Di Galaxy S25 FE, pengguna dapat menulis teks perintah seperti:

– Menentukan fokus subjek
– Mengatur gaya visual (vintage, editorial, polaroid, anime, dsb.)
– Mendeskripsikan pencahayaan dan mood
– Memberikan arahan teknis seperti 85mm portrait atau DOF tipis

Proses ini membuat pengguna pemula sekalipun dapat berperan sebagai prompt designer, menciptakan foto yang terkurasi dengan standar lebih tinggi tanpa skill editing rumit.

Gemini AI Jadi Mesin Kreativitas Baru di Smartphone

Berbeda dari smartphone kebanyakan yang berfokus pada filter instan, Galaxy S25 FE memosisikan AI sebagai “studio kreatif pribadi”. Dengan adanya Gemini Deep Research, Gemini Nano Banana, serta koneksi langsung ke kamera dan galeri, setiap prompt yang diberikan dapat diterjemahkan secara real-time tanpa aplikasi tambahan.

Gemini AI pada perangkat ini mampu:

– Menghapus objek yang mengganggu
– Memperluas background tanpa terlihat buatan
– Mengubah lighting foto seakan difoto ulang
– Menambahkan elemen visual kecil
– Menghasilkan gaya foto tertentu seperti retro 90-an, editorial high-fashion, hingga simulasi Polaroid

Semua dilakukan hanya melalui satu kalimat instruksi.

Kamera 50MP yang Jadi Fondasi Generative AI
Kecanggihan AI ini juga ditopang oleh kamera Galaxy S25 FE yang membawa DNA flagship: sensor besar, ProVisual Engine, tone warna natural, hingga Nightography. Ini memastikan hasil edit AI tetap realistis, tidak pecah, dan mempertahankan tekstur asli meski undergo proses generatif.

Triple kamera—50MP utama, 12MP ultrawide, dan telefoto 3x optical zoom—menjadi fondasi teknis yang memastikan hasil akhir tidak hanya sekadar efek AI, tetapi tetap tampak profesional.

Prompt-Prompt Populer Mulai Muncul

Sejumlah prompt kini mulai viral di kalangan pengguna S25 FE, menunjukkan pergeseran tren dari “filter-based editing” ke “prompt-based editing”. Di antaranya:

– Foto Vintage Elegan
– Polaroid 90’s Retro Frame
– Wisuda Dramatis & Profesional
– “My Younger Self” Couple Style
– Editorial Majalah High-End

Setiap prompt memberikan hasil dengan karakter visual yang kuat, memperlihatkan bagaimana AI tidak lagi sekadar memperbaiki foto, tetapi membentuk identitas estetika penggunanya.

Munculnya Generasi Baru Pengguna Kreatif

Dengan kemampuan mengolah gambar secara lokal melalui Gemini Nano Banana—tanpa internet dan lebih hemat daya—Galaxy S25 FE mendorong pengalaman editing yang cepat, aman, dan ramah pemula. Pengguna kini tidak hanya menjadi subjek foto, tetapi menjadi kreator yang mampu mengarahkan gaya visualnya sendiri.

Samsung lewat Galaxy S25 FE secara tidak langsung menciptakan generasi baru pengguna yang familiar dengan teknik prompt, lebih kreatif dalam mengeksplorasi gaya visual, dan semakin berani bereksperimen dengan AI sebagai media seni.

Fenomena “budaya prompt” inilah yang menjadi nilai tambah terbesar dari perangkat ini—bukan hanya teknologinya, tetapi perubahan pola pikir penggunanya.

**Benksu

Bagikan ke orang lain :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *