Jakarta (Uritanet) :
Gelaran Generasi Budaya Indonesia Top Model 2025 resmi digelar di Sasono Utomo – Sasono Langgeng Budaya, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pada 28 November 2025. Ajang bergengsi yang diinisiasi Yayasan Pembina Model Indonesia (YAPMI) ini tampil lebih visioner, lebih humanis, dan lebih kuat dalam merangkul budaya Nusantara sebagai roh utama dunia modeling Indonesia.
Selama 45 tahun, YAPMI berdiri sebagai lembaga yang tak pernah berkompromi terhadap kualitas dan etika. Tahun ini, komitmen mereka kembali ditegaskan melalui panggung besar yang bukan hanya menampilkan model—tetapi menampilkan karakter, identitas, dan jati diri anak bangsa.
Di tengah maraknya budaya instan, YAPMI hadir dengan jajaran juri yang tidak hanya ahli, tetapi juga menjadi rujukan profesional lintas bidang. Hadir dalam struktur penilai, antara lain: Iwan Kurniawan Masse, Ketua Juri, Meliyanti, Juri Model, Brigjen Pol. Dr. Victor Pudjiadi, Juri Pembina YAPMI, Dr. Suci Budhiani, Juri Dokter Klinik, Congki Perwira, Juri Pencipta Lagu, Rusniawari Ayu Syahfitri, SH., MH., Juri Pengacara, Berbie Kumalasari, Juri, Erwina Deasy, Fashion Designer dan tak ketinggalan Sirip, GM Museum PLN & Energi Terbarukan.
Kehadiran mereka menunjukkan bahwa dunia modeling hari ini bukan hanya ranah estetika, tetapi ekosistem multidisiplin yang membentuk sikap, etika, dan profesionalitas.

“Generasi Budaya”: Gerakan Sosial Budaya, Bukan Sekadar Kompetisi
Tokoh sentral YAPMI, Iwan Setiawan Masse, menegaskan bahwa ajang ini diciptakan sebagai gerakan sosial budaya.
Ini bukan lomba kecantikan. Ini ruang untuk mengembalikan generasi muda pada akarnya—budaya, karakter, dan integritas.
Dukungan juga datang dari tokoh kreatif seperti Erwina Deasy, desainer yang menyesuaikan pakaian sesuai karakter peserta; Dr. Suci Mulyadi, yang memastikan penampilan finalis tetap sehat dan natural; serta alumnus sekaligus ikon seperti Berbie Kumalasari, yang menegaskan bahwa anak muda Indonesia harus berkarya dengan budaya sendiri—tari, busana, hingga karakteristik daerah. Budaya tidak boleh berhenti, apalagi ditinggalkan.
Tak ketinggalan figur entertainment nasional seperti Arzeti, Pasha Ungu, Attalarik, dan Rizal Gibran yang memberikan dukungan moral terhadap perkembangan dunia modeling berkarakter.

Konsep Baru: Audisi 9 Bulan, Berkeliling Nusantara Pasca Pelantikan Presiden
Untuk pertama kalinya, YAPMI meluncurkan format audisi dengan durasi sembilan bulan, digelar keliling Indonesia setelah pelantikan presiden baru. Visinya sederhana, tetapi sangat tegas: mencari talenta tanpa sekat popularitas, tanpa ruang KKN, dan tanpa biaya tersembunyi.
Kualitas tidak untuk dijual. Karier hanya boleh dibangun melalui proses, karakter, dan dedikasi.
Para finalis akan menjalani masa karantina di kawasan TMII. Meski pada awalnya dirancang dengan sistem barter, realitas lapangan menunjukkan perlunya biaya operasional yang tetap harus dipenuhi.
Namun esensi karantina tidak berubah: memutus ketergantungan pada gadget, mengembalikan peserta pada ruang sosial yang hidup, manusiawi, dan penuh interaksi. Budaya menjadi inti. Karakter menjadi pondasi.
Songket 38 Provinsi: Panggung Budaya dalam Satu Langkah
Adapun perbedaan paling kuat tahun ini adalah eksplorasi songket dari 38 provinsi di Indonesia. Sentuhan etnik diperkuat dengan permainan warna yang lebih berani—menjadikan panggung ini bukan sekadar fashion show, tetapi deklarasi budaya Indonesia sebagai pusat estetika dunia.
Dalam konteks ini, Sirip, Manager Museum PLN dan Energi Terbarukan TMII, menegaskan bahwa budaya dapat dikolaborasikan dengan lokasi, teknologi, dan energi terbarukan melalui berbagai narasi kreatif. Apalagi hadir 48 budaya yang dibawa para peserta—ini sejalan dengan gerakan ekonomi kreatif yang terus dihidupkan YAPMI.
Sejak era ’80–’90-an, YAPMI telah mengantar banyak talenta ke pentas internasional. YAPMI pernah terhubung erat dengan jejaring global, termasuk Kementerian Luar Negeri, dan menjadi rumah awal bagi sejumlah tokoh hiburan nasional seperti almarhum Olga Syahputra dan Ruben Onsu.
YAPMI percaya bahwa dunia entertainment harus dibangun dari pendidikan, bukan sekadar viral sesaat.
Harapan Besar 2026: Grand Final di IKN & Mustika Ratu sebagai Sponsor
Ketua Umum YAPMI, Iwan Masse, menyampaikan harapan agar Grand Final Generasi Budaya 2026 dapat digelar di Ibu Kota Nusantara (IKN) tentunya dengan dukungan sponsor besar pastinya.
Ia berharap pemerintah memberi ruang lebih besar bagi gerakan budaya yang telah dijaga YAPMI selama puluhan tahun.
Generasi Budaya Indonesia Top Model 2025 bukan hanya wadah pencarian pemenang. Ia adalah gerakan untuk menanamkan jati diri. Gerakan yang mengingatkan bahwa: ketika budaya dipeluk, karakter tumbuh, ketika karakter kuat, integritas mengikuti, dan ketika integritas hadir, masa depan bangsa berdiri lebih tegak.
Sementara itu, dalam ruang penuh harapan dan sorotan hangat, tiga nama muncul sebagai wajah baru kebanggaan Indonesia. Mereka bukan hanya juara, tetapi juga simbol ketekunan, keberanian, dan semangat tanpa henti.
Ajang Top Model & Mom and Kids YAPMI kembali menjadi panggung yang memperlihatkan bahwa prestasi tidak lahir dalam semalam, tetapi ditempa oleh latihan, keberanian, dan keyakinan diri yang kuat.

Muhammad Adri Alfarizi: Perwakilan DKI Jakarta yang Membawa Pulang Gelar Juara Maskot
Muhammad Adri Alfarizi menjadi suara muda dari DKI Jakarta yang melangkah pasti di ajang maskot. Dengan sorot mata penuh syukur, Adri menyampaikan rasa bangganya saat dinobatkan sebagai Juara Maskot.
Ia berkata dengan lantang, “Menjadi juara maskot dari DKI Jakarta adalah kebanggaan untuk saya. Saya siap diperkenalkan ke banyak tempat dan siap menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab.”
Adri juga mengirim pesan penuh motivasi untuk rekan seperjuangannya, “Untuk teman-teman yang belum juara, tetap semangat. Perbanyak latihan dan latih kemampuan public speaking agar bisa meraih juara berikutnya.”
Pesannya sederhana, tetapi mengandung energi besar: jangan berhenti berusaha.
Selanjutnya, Jericha Athanasia Mari Nae: Peragawati NTT yang Meraih Tiga Gelar Sekaligus.
Dari Nusa Tenggara Timur, nama Jericha Athanasia melambung setelah meraih deretan gelar membanggakan: Juara Cewek Anti Narkoba, Juara Maskot, serta Juara Favorit Top Model.
Dengan senyum yang tidak pernah pudar, Jericha mengaku sempat tidak percaya diri.
“Aku sebenarnya tidak berharap banyak. Tapi saat pemilihan maskot, banyak juri memilih aku. Aku sempat kaget, tapi aku siap menjalankan tugas sebagai peragawati dan hadir di setiap acara YAPMI,” ucapnya tulus.
Dan terakhir, Rusliana Lumban Raja & Margareth Nathania Siambaton: Ikon Mom and Kids yang Mewakili Cinta, Dedikasi, dan Harapan.
Dalam kategori Mom and Kids YAPMI, pasangan ibu-anak ini menjadi pusat perhatian. Margareth Nathania Siambaton tampil sebagai pemenang Mom and Kids Maskot, sementara sang ibu, Rusliana Lumban Raja, membawa kebanggaan sebagai ikon Mom and Kids.
Dengan suara bergetar bahagia, Rusliana berkata,
“Saya sangat bersyukur anak saya terpilih sebagai maskot. Terima kasih kepada Pak Iwan atas didikan dan latihan beliau. Tanpa bimbingan beliau, Margaret tidak akan seperti sekarang.”
Ia pun memberikan pesan hangat bagi para orang tua lain yang kelak anaknya terpilih,
“Dukunglah anak kita sepenuh hati. Ikuti aturan dan arahan dengan tulus. Karena dari dukungan orang tua, anak bisa berdiri kuat dan percaya diri.”
Selanjutnya dengan aura percaya diri dan langkah mantap, Margaret Nathania Siambaton menyampaikan kebanggaannya setelah menjuarai Mom and Kids Maskot, The Best Favorite, dan menjadi Wakil Kategori B.
“Saya sangat senang bisa membanggakan orang tua saya. Latihannya serius, capek tapi menyenangkan, dan saya makin semangat untuk mencapai lebih tinggi,” ucapnya dengan mata berbinar.
Margaret menjadi bukti bahwa prestasi adalah hasil dari kombinasi latihan, dukungan keluarga, dan keberanian bermimpi.
Kisah Adri, Jericha, Rusliana, dan Margaret menunjukkan bahwa kemenangan bukan hanya soal panggung dan piala. Kemenangan adalah perjalanan batin, perjuangan panjang, dan semangat yang tidak pernah padam.
Mereka adalah wajah masa depan Indonesia—berani tampil, berani bermimpi, dan berani memberikan yang terbaik.
Jika kamu percaya pada proses, maka dunia akan membuka jalan. Teruslah melangkah—dunia sedang memperhatikanmu.
Dengan semangat yang terenginas, ajang ini menjadi pesan bahwa generasi muda Indonesia tidak hanya melangkah di atas panggung— mereka melangkah menuju masa depan yang lebih kuat, lebih bercahaya, dan lebih membanggakan.
Budaya bukan sekadar warisan; ia adalah kompas masa depan. Dan selama masih ada panggung yang menjadikan budaya sebagai pusat langkah, generasi Indonesia tidak akan kehilangan arah—mereka justru semakin mantap menata masa depan bangsa.
)**Tjoek / Foto Ist.

