Uritanet – Ubud, Oktober 2025 — Di tengah hiruk pikuk pariwisata modern yang sering menekankan keindahan visual semata, Metland Venya Ubud memilih jalur berbeda.
Tahun ini, resort yang dikenal dengan nuansa keseimbangan dan ketenangan itu menghadirkan ruang refleksi bagi para pecinta literasi dan alam melalui Masterclass Nature and Travel Writing bersama jurnalis perjalanan internasional, Nina Karnikowski, dalam rangkaian Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2025.
Digelar pada 30 Oktober 2025 di area resort yang dikelilingi panorama hijau Ubud, kelas ini bukan sekadar pelatihan menulis. Dalam waktu tiga jam, para peserta akan diajak menyelami kembali makna perjalanan dan hubungan manusia dengan alam — dua hal yang menjadi inti dari karya-karya Nina.
“Ubud selalu punya energi yang unik untuk para penulis. Di sini, setiap sudut punya cerita, dan saya ingin membantu peserta menemukan cara untuk menuliskannya dengan jujur dan penuh rasa,” ujar Nina.
General Manager Metland Venya Ubud, Irvan, menambahkan bahwa inisiatif ini sejalan dengan filosofi resort yang menekankan keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan alam.
“Menulis dan bercerita adalah cara untuk menyembuhkan dan menghubungkan diri. Kami ingin setiap tamu yang datang ke Metland Venya Ubud membawa pulang bukan hanya pengalaman menginap, tetapi juga inspirasi hidup yang lebih dalam,” katanya.
Melalui kolaborasi ini, Metland Venya Ubud menegaskan perannya sebagai pusat inspirasi kreatif dan wellness di Bali, di mana alam, seni, dan literasi saling bertemu. Tak hanya menyediakan akomodasi bernuansa tropis modern, resort ini juga menghadirkan fasilitas seperti yoga pavilion, infinity pool, serta restoran dengan hidangan sehat bercita rasa lokal — mencerminkan konsep perjalanan berkesadaran yang kini semakin relevan.
Kelas eksklusif ini terbuka untuk publik dengan kuota terbatas, dan pendaftarannya dapat dilakukan melalui situs resmi www.ubudwritersfestival.com.
Dengan langkah ini, Metland Venya Ubud tidak hanya menjadi bagian dari festival sastra terbesar di Asia Tenggara, tetapi juga turut menegaskan bahwa literasi, pariwisata, dan keberlanjutan bisa berpadu dalam satu ruang bernama Ubud.
**Benksu
