Jakarta (Uritanet) :
Suara warga rusun akhirnya sampai ke gedung DPD RI. Pada Kamis, 4 September 2025, Senator DPD RI dari DKI Jakarta, H. Achmad Azran, SE, atau yang akrab disapa Bang Azran, hadir langsung di Balai Warga Kemuning, Kalibata City, untuk mendengar keluhan warga mengenai tarif air bersih yang dinilai tidak adil.
Pertemuan ini difasilitasi oleh Ketua PPPRSI Kalibata City, Hj. Musdalifah Pangka, dan dihadiri sejumlah tokoh pengurus PPPRSI dari berbagai wilayah di DKI Jakarta, termasuk perwakilan pengelola rumah susun dan apartemen.
Dalam sambutannya, Bang Azran menyampaikan bahwa kehadirannya bukan sebatas menjalankan tugas formal, tetapi sebagai sesama warga rusun yang turut merasakan dampak kebijakan tersebut.
“Saya hadir di sini bukan hanya sebagai anggota DPD, tetapi juga sebagai bagian dari warga rumah susun. Saya pun memiliki unit di Jakarta. Apa yang diperjuangkan bapak-ibu sekalian, saya rasakan juga,” tegasnya.

Aspirasi Warga, Tanggung Jawab Negara
Bang Azran menegaskan bahwa keberanian warga menyampaikan aspirasi—baik melalui surat terbuka maupun aksi simpatik—merupakan bentuk kepedulian yang layak dihargai, bukan dicurigai.
Ia pun berkomitmen untuk mengangkat suara warga ke rapat resmi DPD RI, dengan menghadirkan pihak-pihak terkait seperti Gubernur DKI Jakarta dan PAM Jaya.
“Kalau saya undang sebagai anggota DPD dan mereka tidak hadir, berarti mereka tidak berpihak kepada rakyat,” ujarnya tegas.
Tarif Tidak Masuk Akal, Warga Tuntut Keadilan
Permasalahan bermula dari Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 730/2024 yang mengelompokkan rusun sebagai pelanggan komersial (Kelompok III)—setara dengan mal dan apartemen elit. Imbasnya, tarif air bersih yang harus dibayar warga rusun bisa mencapai Rp21.550 per meter kubik, jauh di atas rumah tangga biasa yang hanya membayar Rp17.500.
“Ini tidak adil. Warga rusun bukan entitas komersial. Kami adalah masyarakat biasa yang hanya ingin hidup layak,” ujar Nyoman Sumayasa, Sekretaris Umum DPP P3RSI.
Di tengah sulitnya warga menemui Gubernur DKI Jakarta secara langsung, harapan kini mengalir ke Bang Azran. Ketua PPPRSI Kalibata City, Musdalifah, mengaku senang dan terharu atas respon cepat dan kehadiran langsung senator yang juga putra asli Jakarta tersebut.
“Bertemu Gubernur saja kami kesulitan, padahal kami hanya ingin menyampaikan apa yang kami alami. Kami berharap Bang Azran bisa menjadi jembatan,” ujarnya penuh harap.
Arah Perubahan Dimulai dari Dialog
Dalam sesi dialog yang berlangsung hangat, Bang Azran menutup pertemuan dengan janji: aspirasi ini tidak akan berhenti di forum ini saja. Ia akan mengawal prosesnya hingga pemerintah mendengar, melihat, dan mengambil tindakan nyata.
Apa yang terjadi di Kalibata City adalah gambaran nyata dari ketimpangan kebijakan yang perlu dibenahi. Saat warga rusun—yang seharusnya dibantu—justru diposisikan sebagai pelanggan komersial, maka keadilan telah dipelintir oleh logika pasar.
Di tengah kondisi ini, kehadiran Bang Azran membawa harapan baru bahwa suara rakyat kecil masih punya tempat di ruang kekuasaan.
Karena air bersih bukanlah komoditas, melainkan hak dasar manusia. Dan ketika negara abai, maka suara warga akan terus menggema—hingga keadilan benar-benar tercipta.
Tetap kritis. Tetap bersuara. Karena perubahan selalu dimulai dari yang berani berbicara.
)**Tjoek / Foto Istimewa

