Kediri, Jawa Timur (Uritanet) :
Selasa, 5 Agustus 2025, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri menjadi pusat perhatian publik. Program Sosialisasi dan Komunikasi, Informasi, serta Edukasi (KIE) Bangga Kencana Bersama digelar sebagai bagian dari komitmen membentuk Generasi Emas Indonesia 2045. Acara ini dihadiri tokoh penting, di antaranya Dr. Ir. Heru Tjahjono, M.M. (Anggota Komisi IX DPR RI), Yuni Dwi Tjadikijanto, SE (Penata Kependudukan dan KB Ahli Muda, Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur sekaligus Ketua Tim Kerja Pengendalian Kependudukan), serta Nono Soekardi, SH, MH (Sekretaris DP3AP2KB Kabupaten Kediri).
Dalam hal tersebut, Dr. Heru Tjahjono menegaskan bahwa Bangga Kencana adalah pondasi strategis menuju Indonesia Maju sesuai misi Presiden. Ia menyoroti pentingnya pendidikan karakter dan pengawasan anak di era digital.
“Anak-anak SD dan SMP harus dijauhkan dari penggunaan HP berlebihan karena dapat merusak jaringan otak dan menghambat kemampuan berkomunikasi,” tegasnya.
Heru juga mengingatkan bahwa lagu Mars KB memiliki makna mendalam sebagai pengingat pentingnya keluarga berencana demi masa depan bangsa.

BKKBN: Quickwin dan Inovasi Super Apps
Sementara itu, Perwakilan BKKBN Jawa Timur, Yuni Dwi Tjadikijanto, memaparkan strategi Quickwin yang terdiri dari lima program unggulan. Satu di antaranya adalah Super Apps, platform terpadu yang mengintegrasikan seluruh layanan BKKBN.
Ia juga memperkenalkan program Tamasya, yang menyasar tempat penitipan anak sebagai dukungan bagi para ibu pekerja. Para pengasuh akan mendapatkan pembekalan pola asuh yang benar demi tumbuh kembang optimal anak.
Selain itu, program Genting mengajak masyarakat dan pengusaha untuk aktif membantu pencegahan stunting, mengingat keterbatasan waktu komunikasi anak dengan ayah yang rata-rata hanya 30 menit per hari. Yuni juga menyoroti pentingnya program Sidaya untuk mengantisipasi jumlah lansia yang terus meningkat.
DP3AP2KB: Alarm Pernikahan Dini
Oleh karenanya, dari sisi daerah, Nono Soekardi mengungkapkan data yang mengkhawatirkan. Tahun 2024, terdapat 312 kasus pernikahan usia anak, meski menurun dibandingkan 2023. Namun, 50% di antaranya disebabkan kehamilan sebelum menikah.
Per April 2025, kasus pernikahan dini kembali tinggi, dengan mayoritas pelaku berusia 14–15 tahun dan masih berstatus pelajar SMP. Fenomena ini menjadi sinyal kuat bahwa edukasi kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga harus semakin masif.
Sosialisasi ini menegaskan bahwa Bangga Kencana bukan sekadar program, melainkan gerakan kolektif yang melibatkan pemerintah pusat, daerah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat. Tujuannya jelas: membentuk generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.
Bangga Kencana mengajak semua pihak untuk menjadi bagian dari perubahan, menekan angka pernikahan dini, mencegah stunting, dan menyiapkan keluarga tangguh menghadapi era global.
Generasi emas tidak lahir dari kebetulan, melainkan dari perencanaan matang, pendidikan berkualitas, dan kepedulian bersama. Kediri telah memberi contoh, kini giliran kita semua untuk bergerak.
)**Tjoek / Foto Istimewa

