Uritanet – Jakarta, 2 Agustus 2025 Di tengah gempuran tren global dan transformasi digital, JF3 Fashion Festival 2025 tampil sebagai penanda arah baru industri mode Indonesia. Mengusung tema “Recrafted: A New Vision”, festival yang telah memasuki dekade ketiganya ini bukan hanya sekadar perhelatan mode, tapi juga sebuah gerakan budaya yang memadukan tradisi dengan inovasi, keberlanjutan dengan kreativitas, serta warisan lokal dengan jejaring global.

Lebih dari sekadar panggung pertunjukan busana, JF3 kini menjelma sebagai ekosistem dinamis yang membuka ruang kolaborasi lintas generasi, negara, dan disiplin. Spirit recrafted menjadi panggilan untuk mereinterpretasi nilai-nilai tradisional menjadi kekuatan baru yang relevan dalam konteks zaman. Bagi Thresia Mareta, pendiri LAKON Indonesia sekaligus penasihat JF3, fashion adalah bahasa kultural yang terus berevolusi.
“Kami ingin menghapus batas-batas lama. Fashion bukan hanya pakaian, tapi juga identitas, warisan, dan ilmu. Untuk bertahan, ia harus terus bergerak,” ungkapnya.
Lebih dari Fashion Show: Diplomasi Budaya dan Regenerasi Talenta
Salah satu kekuatan utama JF3 2025 terletak pada keberaniannya membangun jembatan internasional melalui global partnership strategis. Kolaborasi kreatif antara desainer global dan brand Indonesia tak hanya memperkuat positioning mode lokal di mata dunia, tapi juga mempertegas Indonesia sebagai pemain penting dalam diplomasi budaya berbasis kreativitas.
Nama-nama besar seperti Victor Clavelly dan Héloïse Bouchot dari Prancis yang menggandeng LAKON Indonesia, serta sederet desainer muda dari Korea Selatan, Prancis, hingga negara-negara ASEAN, menjadikan JF3 sebagai melting pot yang merayakan keberagaman dan pertukaran ide. Ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan deklarasi bahwa Indonesia siap menempati ruang baru di peta fashion global.

Tak kalah penting, JF3 menaruh perhatian besar pada regenerasi pelaku industri mode. Program seperti Future Fashion Award dan PINTU Incubator menjadi bentuk nyata komitmen JF3 untuk memberdayakan desainer muda, tidak hanya secara kreatif, tapi juga dalam aspek bisnis, produksi, dan manajemen. Mereka bukan hanya diberi panggung, tetapi juga sistem pendukung untuk tumbuh secara berkelanjutan.
Retail, Street Culture, dan Ruang Diskusi
Festival ini juga dirancang untuk berdampak secara langsung pada pelaku UMKM dan brand lokal. Niwasana by Fashion Village di Kelapa Gading dan Code Street by DRP Jakarta di Serpong memperluas cakupan JF3 dari high fashion ke streetwear dan budaya urban. Tak hanya soal koleksi, tapi juga soal koneksi — antara brand, pembeli, dan komunitas.
Forum diskusi JF3 Talk serta ajang pencarian model JF3 Model Search melengkapi festival ini sebagai ruang bertumbuh bersama. Di sinilah kebijakan, perspektif industri, dan suara generasi muda bertemu dalam percakapan yang saling memperkaya.

Sebuah Arah Baru: Dari Jakarta Menuju Dunia
Soegianto Nagaria, Chairman JF3, menyebut bahwa JF3 bukan lagi sekadar festival tahunan, melainkan sebuah gerakan jangka panjang untuk membangun industri fashion yang inklusif dan kompetitif secara global.
“Kami percaya masa depan fashion Indonesia ada di tangan anak-anak muda yang berani melampaui batas. Tugas kami adalah membuka jalan, memperkuat struktur, dan menyatukan semua potensi dalam satu irama,” ujarnya.
Didukung oleh Summarecon, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kabupaten Tangerang, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, JF3 2025 menunjukkan bahwa kolaborasi publik-swasta dapat menghasilkan platform yang tidak hanya estetik, tetapi juga strategis.


Di tengah arus mode dunia yang semakin cepat, JF3 hadir untuk mengingatkan bahwa kekuatan fashion Indonesia terletak pada keberaniannya meramu ulang warisan, membangun sistem yang sehat, dan menatap masa depan dengan visi baru yang lebih inklusif, progresif, dan mendunia.
Untuk informasi lebih lanjut dan rangkaian acara, kunjungi www.jf3.co.id dan Instagram @JF3_info._
**Benksu

