Jakarta (Uritanet) :
Di tengah geliat pesat transportasi daring di Indonesia, Maxim Indonesia kembali menunjukkan komitmennya terhadap keselamatan dan pelayanan inklusif melalui penyelenggaraan “Maxim Safety Riding Seminar” di Ruang Serbaguna Kantor Pusat Maxim Indonesia.
Kegiatan ini diikuti oleh 50 mitra pengemudi terpilih, dan menjadi momentum krusial untuk menanamkan nilai profesionalisme dan kepedulian sosial dalam ekosistem kerja harian mereka.
Seminar ini tak sekadar seremonial. Maxim menggandeng langsung pihak-pihak otoritatif, mulai dari Polda Metro Jaya, BPJS Ketenagakerjaan, Jasa Raharja, Yayasan Pengemudi Selamat Sejahtera Indonesia (YPSSI), hingga Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni).

Wujud Nyata yang Harus Dirawat
Kolaborasi ini menjadi sinyal kuat bahwa keselamatan bukan hanya slogan, tetapi wujud nyata yang harus dirawat bersama.
“Keselamatan adalah prioritas utama—bagi pengemudi, penumpang, dan seluruh pengguna jalan. Kami ingin mitra pengemudi kami tidak hanya andal, tapi juga peka terhadap kebutuhan semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas,” ujar Dirhamsyah, Development Director Maxim Indonesia.
Dukungan juga datang dari AKP Supriatno, Kepala Subdit Kamsel Ditlantas Polda Metro Jaya. Ia menekankan pentingnya edukasi keselamatan berdasarkan empat pilar risiko kecelakaan: manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Ini sejalan dengan visi besar Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2022 tentang Rencana Umum Nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Sementara itu, Wendy Wicaksono dari BPJS Ketenagakerjaan mengangkat isu ketidakpastian para pekerja informal digital. Ia menegaskan bahwa perlindungan jaminan sosial bukan sekadar kewajiban, melainkan kebutuhan mutlak agar para pengemudi memiliki rasa aman dalam menjalani profesinya.
“Diskusi kolaboratif seperti ini sangat strategis untuk memperluas jangkauan perlindungan tenaga kerja. Harapannya, semakin banyak mitra yang terlindungi dan punya kepastian di masa depan,” ungkapnya penuh harap.
Risiko Kecelakaan di Jalan Raya
Hal senada juga diutarakan oleh Pahala Hendra Hasian dari Jasa Raharja yang menyoroti tingginya risiko kecelakaan di jalan raya. Ia menilai seminar ini sebagai langkah konkret dalam memperluas literasi manfaat perlindungan dasar.
Yang tak kalah menyentuh, kehadiran Mahretta Maha, SH, Bendahara Umum Pertuni, membuka mata para mitra pengemudi soal pentingnya pelayanan ramah inklusi. Ia tak hanya memberikan edukasi verbal, tapi juga demonstrasi langsung bagaimana penyandang tunanetra menggunakan layanan Maxim melalui ponsel.
Momen ini menjadi bukti bahwa inklusivitas bukan teori, tapi praktik yang bisa dilakukan siapa pun.
Sebagai penutup acara, sesi tanya jawab interaktif dan penyerahan sertifikat keikutsertaan menjadi bukti bahwa edukasi keselamatan bisa dikemas menyenangkan sekaligus berdampak.
Bukan hanya pengetahuan yang dibawa pulang, tetapi juga semangat baru untuk menjadi pengemudi yang sadar, sigap, dan siap melayani semua lapisan masyarakat.
Maxim Indonesia percaya, ketika pengemudi dibekali dengan pengetahuan dan empati, maka setiap perjalanan akan menjadi lebih dari sekadar perpindahan lokasi—ia menjadi bagian dari perubahan menuju masyarakat yang lebih aman dan inklusif.
Karena keselamatan bukan pilihan, melainkan kebutuhan. Dan inklusi bukan permintaan, melainkan hak. Bersama Maxim, mari ciptakan jalanan yang ramah, aman, dan tanpa sekat.
)***Tjoek / Foto Istimewa


