Jakarta (Uritanet) :
Dengan narasi emosional yang kuat, Tsotsi bukan hanya cerita seorang gangster, tetapi juga kisah tentang perubahan, harapan, dan kekuatan kasih sayang.
Tsotsi (2005), film drama kriminal asal Afrika Selatan, menyajikan kisah menggetarkan tentang perubahan hidup seorang gangster muda. Disutradarai oleh Gavin Hood dan diadaptasi dari novel karya Athol Fugard, film ini menggambarkan realitas keras Johannesburg serta perjalanan emosional menuju penebusan.
Tsotsi (Presley Chweneyagae) adalah seorang pemuda yang tumbuh di lingkungan miskin penuh kekerasan. Bersama gengnya, ia menjalani hidup dengan mencuri dan merampok.
Suatu malam, ia merampok sebuah mobil dan menembak pemiliknya. Namun, di dalam kendaraan itu, ia menemukan seorang bayi.
Alih-alih meninggalkannya, Tsotsi memilih merawat bayi tersebut dengan caranya sendiri.
Ia bahkan memaksa seorang wanita bernama Miriam (Terry Pheto) untuk menyusui bayi itu. Kehadiran bayi ini membawa Tsotsi ke dalam konflik batin yang mendalam, membangkitkan kenangan kelam masa kecilnya dan memaksanya mempertanyakan kembali jalan hidup yang selama ini ia pilih.
Lebih dari sekadar film kriminal, Tsotsi menghadirkan eksplorasi mendalam tentang kemanusiaan dan perubahan. Film ini menunjukkan bagaimana seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan penuh kekerasan tetap memiliki peluang untuk berubah.
Johannesburg menjadi latar yang begitu hidup, menggambarkan ketimpangan sosial yang tajam antara kemiskinan dan kemewahan. Namun, di tengah dunia yang penuh kekerasan, harapan tetap ada.
Tsotsi mendapat pengakuan global dan berhasil meraih Academy Award (Oscar) 2006 untuk Best Foreign Language Film.
Selain itu, film ini juga memenangkan berbagai penghargaan internasional dan mendapatkan tempat di hati para pecinta film dunia.
Film ini wajib ditonton bagi pencinta drama sosial dan kisah transformasi manusia.
)***Yuri