Uritanet – Bogor, 13 Maret 2025 — Kartu pos bukan sekadar selembar kertas bergambar. Lebih dari itu, ia adalah saksi bisu perjalanan sejarah, potret kehidupan masa lampau, hingga menjadi jembatan diplomasi budaya antarbangsa. Pesan inilah yang diusung dalam acara Peluncuran Buku dan Pameran “Buitenzorg Pada Sekeping Kartu Pos”, yang digelar di Museum Balai Kirti, Kompleks Istana Bogor.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan bekerja sama dengan Pengurus Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) ini menghadirkan serangkaian acara menarik, mulai dari Peluncuran Buku “Kartu Pos Dari Buitenzorg”, Pameran Kartu Pos, Diskusi Buku, hingga Workshop Filateli.
Kartu Pos sebagai Jembatan Budaya dan Sejarah
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan menegaskan pentingnya pelestarian benda-benda pos seperti perangko dan kartu pos sebagai bagian dari material culture atau budaya material yang merekam jejak peradaban bangsa.
“Kartu pos dan benda filateli lainnya bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga media yang memperkenalkan sejarah, budaya, hingga kekayaan alam Indonesia ke dunia. Ini adalah bentuk diplomasi budaya yang menceritakan narasi positif tentang keberagaman dan kekayaan budaya kita,” ujar Menteri Kebudayaan.
Senada dengan hal tersebut, Fadli Zon, selaku penulis buku dan tokoh filateli nasional, menekankan bahwa kartu pos dan perangko adalah cerminan perjalanan sejarah yang mampu menjangkau berbagai negara dan budaya.
“Perangko dan kartu pos adalah jembatan diplomasi yang merekam peristiwa besar, seni, budaya, dan kehidupan masyarakat dari masa ke masa. Melalui medium ini, Indonesia bisa bercerita tentang kekayaan tradisi dan sejarah kepada dunia,” ungkapnya.
Buku “Kartu Pos Dari Buitenzorg”: Menelusuri Sejarah Bogor Melalui Sekeping Kartu Pos
Salah satu sorotan utama acara ini adalah peluncuran buku berjudul “Kartu Pos Dari Buitenzorg”, karya Fadli Zon dan Mahpudi. Buku setebal 166 halaman ini menampilkan 179 koleksi kartu pos yang menggambarkan kehidupan Kota Bogor pada masa kolonial Belanda, khususnya periode 1890 hingga 1930.
Ikon-ikon bersejarah seperti Istana Bogor dan Kebun Raya hadir dalam lembaran kartu pos, memberikan gambaran visual tentang perkembangan kota dan dinamika sosial masyarakat saat itu.
Menariknya, buku ini juga berhasil meraih medali emas dalam Pameran Filateli Nasional (Panfila) 2025.
“Melalui buku ini, kami ingin mengajak pembaca menyusuri jejak sejarah Kota Bogor. Setiap kartu pos yang ditampilkan bukan hanya sekadar gambar, melainkan cerita hidup tentang bagaimana kota dan masyarakat berkembang dari masa ke masa,” jelas Fadli Zon.
Pameran dan Workshop: Merawat Jejak Sejarah untuk Generasi Muda
Acara ini semakin lengkap dengan digelarnya Pameran Kartu Pos Bergambar Buitenzorg di Museum Balai Kirti yang berlangsung mulai 13 hingga 19 Maret 2025. Pameran ini memamerkan koleksi kartu pos, perangko, dan benda pos bersejarah lainnya yang merekam perkembangan komunikasi serta dokumentasi visual kehidupan masyarakat di masa lalu.
Tak ketinggalan, Workshop Filateli yang berlangsung 13 hingga 15 Maret 2025 turut hadir menyemarakkan acara. Workshop ini terbuka untuk para kolektor muda, peneliti, serta masyarakat umum yang ingin mendalami dunia filateli — dari teknik koleksi hingga memahami nilai sejarah dan investasi benda pos.
Meneruskan Warisan Budaya untuk Masa Depan
Di penghujung acara, Menteri Kebudayaan menyampaikan harapannya agar inisiatif ini bisa menginspirasi generasi muda untuk lebih mengenal, menjaga, dan merawat warisan budaya bangsa.
“Setiap kartu pos dan perangko adalah potret kecil dari perjalanan besar bangsa ini. Melalui filateli, kita bisa merangkai narasi positif tentang Indonesia dan memperkenalkannya ke dunia. Kementerian Kebudayaan akan terus mendorong kolaborasi lintas komunitas — mulai dari filatelis, seniman, hingga pecinta sejarah — agar warisan ini tidak hanya lestari, tapi juga semakin dikenal oleh generasi mendatang,” tutup Menteri.
Acara ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, di antaranya Kepala Istana Kepresidenan, Direktur Bisnis dan Jasa Keuangan PT Pos Indonesia, Asisten Walikota Bogor, Direktorat Jenderal Ekosistem Digital Komdigi, Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI), Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), Asosiasi Museum Indonesia, UPTD Pengelolaan Kebudayaan, serta jajaran Kementerian Kebudayaan.
**Benksu